Pondok » , , » Berguru Kepada Rasulullah Saw

Berguru Kepada Rasulullah Saw

Sang Pemberi Syafa'at
Semua ayat al-Qur'an, mulai dari 5 ayat surat al-'Alaq sampai ayat terakhir, al-yauma akmaltu lakum diinakum wa atmamtu 'alaikum ni'matii wa radhiitu lakumul islaama diinaa (QS. al-Maidah:3), telah tertulis dalam Lauhul Mahfuzh. Meskipun yang ada dalam urutan mushaf saat ini dimulai dengan al-Fatihah hingga an-Nas, akan tetapi yang pertama kali diturunkan adalah surat al-'Alaq ayat 1-5, ini termasuk manajemen panurunan kitab suci yang sangat rapi dari Allah Swt. Karena isi al-Qur'an yang begitu sistematis dan detail, serta memiliki manajemen penurunan wahyu yang sangat rapi, maka dalam mempelajarinya tidak dapat dilakukan secara instan, bahkan membutuhkan ketekunan dan waktu yang lama.

Pesan-pesan Allah Swt yang menjadi pedoman bagi umat manusia terangkum dalam al-Qur'an yang diturnkan secara bertahap selama 22 tahun. Rasulullah Saw adalah satu-satunya sosok yang memahami betul maksud dari tiap huruf, kalimat, ayat dan surat yang terdapat didalamnya. Penafsir ulung berikutnya adalah para sahabat sebagai saksi sejarah, bahkan objek pertama dari al-Qur'an. Kemudian para ulama yang berguru kepada sahabat Nabi, dan berikutnya secara transmisi (sanad) mereka saling menyambung. Jadi tidak dapat dibenarkan jika ada orang yang mengatakan kembali kepada al-Qur'an, dengan maksud tidak usah memakai perangkat yang telah di bakukan oleh para ulama. Yangg sejatinya telah dipahami bersama secara kultural oleh masyarakat Arab pada jaman Nabi, Nahwu (gramatika), Sharaf (morfologi), Balaghah (sastra) dll, meskipun di era Nabi ataupun Sahabat belum menjadi disiplin ilmu tersendiri. Al-Jurumiyah, kitab kecil yang diajarkan oleh pondok-pondok pesantren yang disusun oleh seorang Wali besar Syaikh Shonhaji adalah bagian dari upaya awal untuk memahami al-Qur'an.

Jangan merasa gengsi atau menganggap remeh terhadap kitab kecil. Terkadang suatu kitab dianggap mempunyai nilai besar walaupun bentuknya kecil karena melihat pengarangnya, seperti kitab al-'Arba'in an-Nawawiyyah karangan Imam Nawawi, seorang wali quthub (tingkatan wali tertinggi). Imam Suyuthi pernah bertemu Nabi Saw. dalam keadaan terjaga (yaqzhah) selama 75 kali. Karena alasan inilah, para ulama lebih mendahulukan pengkajian kitab tafsir beliau, yakni tafsir al-Jalalain dengan mengharapkan limpahan barokahnya. Orang-orang yang mengaku faham al-Qur'an dan al-Hadits namun mereka tidak mengakui para sahabat dan ulama salaf, maka sesungguhnya mereka berdusta, karena mata rantai pemahaman al-Qur'an dan Hadits tidak mungkin bisa tanpa melalui para sahabat dan ulama salaf. Seperti halnya memahami al-Qur'an harus melalui apa yang disampaikan para ulama secara transmisi. Mengenal kepribadian Nabi Saw. pun hanya dapat dicapai dengan mengenal kepribadian para sahabat, karena merekalah yang telah berjumpa dan melihat kepribadian Nabi Saw. secara langsung, sedangkan kita bertemu saja tidak pernah. Suatu ketika para sahabat tidak bersedia maju tanding satu lawan satu dalam Perang Khandaq (parit) ketika Nabi Saw. memerintahkan mereka, bukan karena mereka takut menghadapi musuh, akan tetapi karena kekhawatiran mereka akan timbul sifat anaaniyyah (ego/akuisme) dalam hati mereka. Sayyidina Ali Kw. bersedia menjalankan perintah Nabi Saw. tersebut (tanding) karena khawatir jika Nabi Saw. sendiri atau sahabat Abu Bakar Ra. dan sahabat Umar Ra. yang maju bertempur dan gugur dalam pertempuran tersebut, umat Islam akan kehilangan pemimpin mereka. Maka dari itu seandainya harus ada yang gugur, maka cukup Sayyidina Ali Kw. yang gugur. Ketika Sayyidina Ali Kw. maju tanding satu lawan satu dalam Perang Khandaq tersebut belia sudah berumur 28 tahun bukan 8 tahun, karena sangat tidak masuk akal jika Islam sudah mendidik anak kecil yang belum baligh untuk menumpahkan darah meskipun untuk memerangi orang kafir.

Pada Perang Khaibar kondisi sangat mencekam, karena diluar area perkemahan kaum muslimin orang-orang kafir sudah menyiapkan beberapa pasukan panah yang sangat jitu, dan jika satu orang saja dari kaum muslimin keluar dari perkemahan, panah akan siap membidik. Di saat kondisi demikian Rasulullah Saw. menantang para sahabat dengan mengucapkan 'siapa diantara kalian yang berani menyelidiki orang-orang kafir maka akan aku tanggung hidupnya'. Para sahabat hanya diam tanpa ada yang berani mengangkat tangan. Diamnya para sahabat tersebut bukan karena mereka takut terhadap orang-orang kafir, melainkan menjaga hati dari munculnya sifat anaaniyyah. Terbukti ketika Rasulullah Saw. menunjuk sahabat Hudzaifah Ra. untuk menyelidiki, Hudzaifah langsung berdiri tegak menunjukkan keberaniannya dan langsung terjun menyelidiki kaum kafir. Dengan ketangguhan serta kecepatan larinya, sahabat Hudzaifah Ra. tidak tersentuh anak panah sama sekali. Saat sahabat Hudzaifah Ra. menceritakan peristiwa diatas kepada kedua cucunya, mereka terlihat kagum dan bersemangat. Mereka berkata 'jika Rasulullah Saw. memerintahkan kami, niscaya kami akan maju pertama kali dan siap gugur di medan perang'

Mengetahui cucu-cucunya mempunyai semangat luar biasa, sahabat Hudzaifah Ra. bahagia. Kemudian Hudzaifah Ra. berkata, 'Nak, nak... Kamu sekalian beruntung dilahirkan di jaman sekarang, jika kamu sekalian hidup di jaman Nabi Saw., kamu sekalian tidak termasuk golongan orang-orang munafiq saja sudah untung'. Rasulullah Saw. adalah ahli strategi, bukan ahli politik, karena dalam politik seringkali tidak bisa lepas dengan kebohongan, padahal diantara sifat Nabi Saw. adalah shiddiq (jujur). Jangan sampai menggunakan istilah yang keliru dalam mensifati Nabi Saw.
Wallahu A'lam. []

Dikutip dari Buku SECERCAH TINTA

0 komentar:

Posting Komentar