Ratib Al Atthas & Ratib Al Haddad

dzikir
Sarana Mendekatkan Diri Dengan Sang Pencipta

Diharapkan orang muslim gemar membaca Al Quran dan Kalimah Thayyibah sebagai dzikir, dimana dzikir akan menenangkan jiwa dan berkhasiat. Dalam hal ini umat Islam sangat kaya dengan bacaan-bacaan yang sebagiannya sudah dalam bentuk susunan (paketan) dengan sebutan Aurad, Hizib, Ratib, Adzkar, Thariqat dll (disana terdapat Kalimah Thayyibah dan ayat-ayat Al Quran).
Kalimah Thayyibah (Kalimat yang baik) itu diantaranya Kalimah Tauhid (Laa ilaaha illallaah), Tasbih (Subhaanallah), Tahmid (Alhamdu lillaah), Istighfar (Astaghfirullaah), dan lain sebagainya.
Ratib Al Atthas dan Ratib Al Haddad ini dapat dibaca secara rutin seraya menghadirkan maknanya (dalam hati) sehingga kalimah bersama maknanya akan menyentuh jiwa dan menyatu dengan darah dan daging, maka disana akan didapatkan khasiat-khasiat nyata, sebagaimana komentar Imam Sanusi terhadap Kalimah Thayyibah dalam Al Quran QS. Ibrahim (14):24, dimana beliau berkata: Orang yang berakal haruslah memperbanyak bacaan Kalimah Thayyibah (Laa ilaaha illallah, Subhaanallaah, Alhamdu lillaah, Astaghfirullaah, dll) dengan menghadirkan maknanya di dalam hati hingga kalimat dan maknanya bercampur dengan daging dan darahnya, maka ia akan melihat keajaiban dan rahasia terpendam sejumlah bilangan yang tidak terbatas.
Wallaahu a'lamu bisshowaab

Untuk Anda yang ingin mendengarkan audio kedua rotib tersebut, kami sediakan link download mp3 rotib alatthas dan rotib alhaddad serta hizib nashr dan wirid assakron, silahkan klik dibawah ini semoga bermanfaat.

1. Ratib al-Atthas
2. Ratib al-Haddad
3. Wirid as-Sakron
4. Hizib an-Nashr



Keimanan Kedua Orang Tua Nabi

Kekasih Allah
Ayah dan Ibu Nabi Saw. wafat sebelum Baginda Nabi Saw. diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Ini bukan untuk merendahkan Baginda Nabi Saw. Terbukti dengan status yatim pada beliau merupakan suatu penghargaan dari Allah Swt. kepada kedua orang tua beliau. Karena putra mereka langsung berada dalam didikan Allah Swt.

Selain itu jika kedua orang tua Baginda Nabi Saw. masih hidup, niscaya mereka akan hormat dan beriman pada Nabi Saw. Secara keimanan sah-sah saja Nabi memerintah orang tuanya atas nama utusan Allah Swt., namuan secara tidak langsung Baginda Nabi Saw. yang berstatus sebagai anak, memerintah ayah dan ibundanya.

Tertera dalam sebuah hadits, "Baginda Nabi Saw. dilarang memintakan ampunan untuk kedua orang tua beliau." keterangan ini sanadnya dho'if. Demikian juga keterangan yang menyebutkan bahwa Baginda Nabi Muhammad Saw., pernah berziarah ke makam ibunda Aminah, beliau bersabda,"Aku memohon izin kepada Allah Swt. untuk berziarah ke makam ibuku, aku diberi izin. Aku juga memohon izin untuk memanjatkan do'a ampunan untuk ibundaku, akan tetapi aku tidak diberi izin." Dalam riwayat ini juga dikatakan bahwa Baginda Nabi Muhammad Saw. menangis, para sahabatpun juga menangis. Riwayat ini juga dho'if.

Jika hadits ini memang sanadnya sahih, maka perlu dicermati lagi. Karena keterangan itu sama sekali tidak menunjukkan bahwa ibunda Aminah belum beriman. Namun hadits diatas hanya melarang beliau untuk memanjatkan do'a ampunan untuk ibunda Aminah. Padahal larangan memohonkan ampunan kepada seseorang tidak mesti karena kekufurannya. Fakta telah berbicara bahwa diawal perjalanan Islam, Baginda Nabi Saw. dilarang menyolati seorang jenazah. Karena jenazah itu punya hak adami yang belum dibayar. Singkatnya, setelah ada salah satu sahabat yang bersedia menanggung hutang jenazah tersebut, Baginda Nabi Saw. bersedia mensholatinya. Sudah maklum bahwa inti dalam sholat jenazah adalah memohonkan ampunan untuk jenazah, akan tetapi secara tegas beliau menunjukan bahwa jenazah tersebut tidak disholati hanya karena punya hak adami yang belum terselesaikan, bukan karena kafir. Sehingga tangisan Baginda Nabi Saw. dimakam ibunda Aminah, mungkin karena kesedihan beliau kepada ibunya. Bukan karena ibunda Aminah ada di neraka. Dalam al-Qur'an surat al-Isro' ayat 24 diteegaskan bahwa; "Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".

Ayat diatas menegaskan bahwa setiap orang mukallaf, diperintahkan Allah Swt. untuk memohonkan rahmat kepada kedua orang tua, sebagaimana mereka berdua telah memelihara dan mendidik sang anak sewaktu kecil. Sehingga menjadi keharusan bagi anak untuk memohonkan ampunan untuk ibu dan bapaknya, walaupun hanya satu kali saja. Rahmat diatas berarti rahmat Allah Swt. yang abadi, yakni rahmat di akhirat nanti. Bukan hanya rahmat di dunia saja. Dari ketegasan ayat ini apakah Baginda Nabi Saw. dilarang memohonkan ampunan untuk kedua orang tuanya? Tentu akan sangat ganjil jika dijawab,'ya'. Karena beliau memerintahkan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh beliau. Padahal Baginda Nabi Saw. adalah suri tauladan bagi umatnya. Dan apakah beliau dilarang berdo'a dengan do'a yang ada dalam al-Qur'an?!

Status kafir atau tidak, hanya bisa disandangkan kepada seseorang yang hidup pada zaman Baginda Nabi Saw. setelah bi'tsah (diangkat jadi Rosul) dan setelah sampinya dakwah padanya. Setelah Nabi Saw. diangkat sebagai Nabi dan Rosul, mereka yang menerima dakwah beliau dan membenarkan, maka ia termasuk orang yang beriman. Sebaliknya mereka yang tidak beriman, maka merekalah orang-orang yang ingkar, yang dalam istilahnya dikenal dengan orang kafir.

Dari uraian ini sangatlah jelas bahwa kedua orang tua Nabi Saw. bukanlah orang kafir, sebab mereka wafat saat beliau Nabi Saw. masih kecil. Mereka masih dalam masa fatrah, yakni masa kekosongan dari seorang Rosul. Sementara orang-orang yang mati di masa fatrah ini tidak disiksa. Allah Swt berfirman dalam surat al-Isro' ayat 85 yang artinya kurang lebih demikian: "Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rosul." (QS. al-Isro':85)

Ayat diatas menegaskan bahwa Allah Swt, tidak akan menyiksa seseorang sampai mengutus seorang utusan. Sehingga mustahil Allah Swt menyiksa orang-orang yang mati sebelum masa kenabian.

Salah satu permasalahan yang bisa memperkuat argumen diatas adalah anak kecil dari orang kafir tidak disiksa. Lalu apakah mereka yang tidak menjumpai kerosulan Baginda Nabi Saw. akan disiksa?. Jawabnya tentu tidak.

Ibunda Aminah berkata,"...Jika apa yang aku lihat dalam tidurku kebenaran, niscaya engkau kelak akan menjadi seorang utusan Allah, Tuhan yang Maha Mulia dan Maha Agung. Engkau akan diutus di daerah halal dan daerah haram."

Kalau kita telaah wasiat ibunda Aminah di atas, sangatlah jelas bahwa kata-kata itu tidak akan pernah keluar kecuali dari seseorang yang beriman.

Dari pemaparan bukti-bukti diatas, sangat jelas bahwa orang tua Baginda Nabi Saw. termasuk orang-orang yang selamat. Kalaupun ternyata pertimbangan diatas masih kurang kuat, semua orang Islam tidak diperkenankan membicarakan masalah status orang tua Baginda Nabi Saw. Sebab pembahasan ini tidak lepas akan menyakiti Baginda Nabi Saw., sementara siapa saja yang menyakiti Baginda Nabi Saw. bisa menyebabkan kufur. Dan barang siapa yang kufur, maka dia berhak dihukum mati. Wallahu A'lam.[]


-Petikan ceramah Habib Luthfi bin Yahya, dikutip dari buku Secercah Tinta hal.24

Murottal al-Hushari

Membaca dan mendegarkan al-Qur'an sudah terbukti secara ilmiah dapat membuat jiwa menjadi tenang, semua beban pikiran hilang setelah kita membaca al-Qur'an, semua itu telah di sampaikan oleh Baginda Nabi Saw. lebih dari 14 abad yang lalu sebelum ilmu pengetahuan modern lahir. Al-Qur'an merupakan mukjizat terbesar dari Nabi Muhammad Saw. sampai-sampai Allah Swt. yang akan menjamin keasliannya hingga hari kiamat kelak.

Syekh Mahmud Kholil al-Hushari
Dari jaman dulu orang-orang tua di kampung selalu menekankan kepada putra-putrinya untuk selalu mengaji al-Qur'an setiap habis maghrib ataupun sehabis shubuh, sebelum memulai aktifitas sehari-hari selalu di awali dengan membaca al-Qur'an dengan harapan kehidupan kita lebih baik, lebih bermakna dan lebih berkah lagi.

Disamping menekankan kepada keluarganya untuk senantiasa membaca al-Qur'an, orang-orang di kampung juga sering memperdengarkan bacaan al-Qur'an atau murottal pada momen-momen tertentu, misalnya saat menjelang waktu maghrib, menjelang adzan shubuh, menjelang waktu berbuka puasa dan sebelum acara-acara lainnya seperti acara walimah dan sebagainya.
Diantara murottal yang sangat akrab/ familier dan kerap diputar adalah murottal dari Syekh Mahmud Kholil al-Hushari sang pengarang sholawat tarhim yang sangat legendaris itu. Tentang sejarah beliau bisa Anda baca di artikel Sholawat Tarhim.
Murottal al-Hushari
Dari yang bentuk kaset maupun piringan hitam sering kali diputar pada acara-acara pengajian di kampung-kampung. Kaset atau piringan hitam yang berisi suara emas Syekh Mahmud Kholil al-Hushari direkam oleh Lokananta Solo. Yang masih kami ingat di dalam kaset atau piringan hitam itu berisi adzan, sholawat tarhim, surat al-Hujurot, dan surat ar-Rahman serta ada beberapa surat lain yang dibawakan oleh qori' yang lain, diantaranya surat at-Thoriq dan al-A'la oleh Ustadz Abdul Aziz Muslim, surat al-Hadid oleh Ibu Noor Asyiah Jamil. Untuk mengobati rasa rindu kita terhadap saat-saat indah dulu waktu masih di kampung halaman, maka silahkan Anda download murottal al-Hushari ini. 
Murottal al-Hushari
Anda bisa download langsung 30 juz lewat klik kotak option atau download satu per satu tiap surat lewat klik kotak kecil yang ada di sebelah kan judul atau nomor surat, atau kalau Anda cuma ingin mendengarkan secara online bisa di klik judulnya kemudian klik tanda panah untuk play,tombol panah kanan kiri ditengah adalah untuk navigasi atau untuk melanjutkan ke file berikutnya, atau klik langsung Murottal al-Hushari 30 Juz.
Selamat menikmati suara emas dari Sang Empunya murottal ini.

Murottal al-Hushari 30 Juz





Sebagian isi kami kutip dari Sumber

Tujuh Abdullah: Maha Guru Hadhramaut

Abadillah Sab'ah Yaman
Komplek makam Zanbal, Tarim, Hadhramaut
Di Hadhramaut ada tujuh orang maha guru semuanya bernama Abdullah. Yang pertama adalah al-Habib Abdullah bin Husain bin Thohir, al-Habib Abdullah bin Umar bin Yahya, al-Habib Abdullah bin Husain Ba al-Faqih, al-Habib Abdullah bin Abu Bakar Maula Balha, al-Habib Abdullah bin Ali bin Syihab, Sayyidi Syaikh Abdullah bin Ahmad Ba Saudan, Sayyidi Syaikh Abdullah bin Sa'ad bin Sumair al-Hadhrami. Diantara tujuh orang Maha guru yang masyhur itu yang paling masyhur ada tiga orang, yaitu al-Habib Abdullah bin Husain bin Thohir, al-Habib Abdullah bin Umar bin Yahya, dan Sayyidi Syaikh Abdullah bin Ahmad Basaudan.

Kalau akaabir al-auliya' Sayyidi Syaikh Abdullah bin Ahmad Basaudan terkenal sebagai ulama yang memiliki derajat yang luar biasa, yang mempunyai madad yang top, madad al-auliya' wa al-madad ahl al-thoriqot. Al-Habib Abdullah bin Umar bin Yahya masyhur karena kepakarannya dalam ilmu hadits, dan kefaqihannya, sehingga beliau mempunyai gelar al-imam halla al-musykalat, Imam yang dapat memecahkan masalah yang rumit. Di zamannya tidak ada satu masalah yang tidak terputuskan, sesulit apapun bisa dipecahkan olehnya. Sehingga masalah apapun yang ada di dunia ditanyakan kepadanya bisa dijawab olehnya. Al-Habib Abdullah bin Husain bin Thohir adalah Pak Le' (paman) dari Habib Abdullah bin Umar bin Yahya. Ibunya al- Habib Abdullah bin Umar adalah Mbakyu-nya, kakak permpuannya al-Habib Abdullah bin Husain bin Thohir. Al-Habib Abdullah bin Husain bin Thohir inilah pengarang kitab Diwan al-Asy'ari dan Sullamut-Taufiq. Sedangkan karangan al-Habib Abdullah bin Umar adalah al-Fatawi, Sullam Najjah, fatwanya banyak digunakan para Habaib. Cucu-cucunya banyak yang menjadi Mufti, diantaranya al-Habib Ibrohim bin Umar Mufti Ta'iz, yang kemudian menjadi gurunya al-Habib Umar bin Hafidz. Al-Habib Umar bin Hafidz, haditsnya mengambil dari al-Habib Ibrohim bin Umar bin Aqil bin Abdullah bin Umar bin Yahya. Al-Quthbil Ghouts al- Habib Abdullah bin Husain bin Thohir ini maqomnya, atau kedudukan ruhaninya kalau tidak karena haya' (malu), adab yang tinggi kepada kakek  moyangnya al-Faqihil Muqoddam, al-Habib Abdullah bin Husain bin Thohir melebihi maqomnya al-Faqihil Muqoddam. Maka al-Habib Abdullah bin Husain bin Thohir pernah berkata diantaranya: saya tidak rela kalau ada orang yang mempunyai maqom (kedudukan) melebihi maqomnya al-Faqihil Muqoddam. Itu merupakan adab para wali terhadap sesamanya sebagai tarbiyyah (pendidikan) untuk murid-muridnya.

Itu tawadhu'-nya al-Habib Abdullah bin Husain bin Thohir, sehingga fatwa-fatwannya sangat masyhur dalam bidang fiqih, dalam ilmu hadits, dalam bidang tasawuf lebih-lebih. Sehingga boleh dikata setelah Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad muncul al-Habib Abdullah bin Husain bin Thohir. Itu seperti cermin, kalau Anda ingin melihat al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad, lihatlah al-Habib Abdullah bin Husain bin Thohir. Kalau Anda ingin melihat tokoh-tokoh fiqih atau hadits; Ibnu Hajar al-'Asqolani atau al-Haitami-nya Hadhramaut yaitu al-Habib Abdullah bin Husain bin Thohir Ba Alawi. Bila Anda ingin tahu orang yang menguasai ilmu tasawuf dan madad at-Thoriqot dan lain-lainnya, lihatlah Syaikh Abdullah bin Ahmad Basaudan. Inilah tiga orang hebat di Hadhramaut hingga menjadi narasumber ilmu di Hadhramaut. Al-Habib Abdullah bin Ahmad Basaudan lebih tua dari yang lainnya.

Yang banyak mengambil ilmu dari al-Habib Abdullah bin Husain bin Thohir dan murid al-Habib Abdullah bin Umar bin Yahya, diantaranya siapa? al-Habib Idrus bin Umar bin Idrus al-Habsyi, yang kedua sangat populer lagi yaitu al-Habib Abu Bakar bin Abdullah bin Tholib bin Abdullah bin Tholib al-Atthas. Itu muridnya yang sangat terkenal di Hadhramaut. Al-Habib Idrus bin Umar bin Idrus al-Habsyi mempunyai murid yang terkenal yaitu al-Habib Muhammad bin Husain al-Habsyi, ayah dari Habib Ali pengarang Simtud Duror. Jadi kalau kita sudah tahu tokoh-tokoh Ahlussunnah waljama'ah, para imam Ahlussunnah waljama'ah, kita ambilkan tiga saja sudah begitu hebatnya. Lalu apakah kita akan menyepelekan terhadap imam-imam sepertinya? Harusnya orang yang menyepelekan itu bercemin dahulu, ngoco disik. Nah, kalau kita sudah tidak percaya pada orang-orang seperti mereka, kita tidak bisa melihat pada mereka, bagaimana akidah kita akan kuat?! Kita menyepelekan para imam?! Inilah diantara kelemaha-kelemahan kita. Karena munculnya ilmu modern, serta ra'yu dan akal dan sebagainya akhirnya kita tergilas oleh itu. Seolah kita mengalami ketergantungan pada akal, koyo kuat-kuato jebule paling keropos, seolah tambah kuat ternyata paling keropos. Inilah yang terjadi sekarang, walaupun tidak semua. Iya kalau standarnya akal paling intelek paling modern di samping kenyataannya paling kuat dalam tauhidnya  dan lain sebagainya. Tapi yang bahaya kalau ternyata paling keropos! Wallahu A'lam. []

Cuplikan ceramah Habib Luthfi bin Yahya, dipetik dari buku SECERCAH TINTA

Sholawat Tarhim

Sholawat tarhim adalah salah satu sholawat yang cukup akrab di telinga orang Indonesia selain Sholawat Badar. Dari dulu hingga sekarang khususnya di pedesaan dan umumnya di perkotaan pulau Jawa, sholawat ini sering kita dengar menjelang waktu maghrib lebih-lebih lagi menjelang waktu berbuka puasa di bulan Ramadhan, sholawat legendaris ini kerap kita dengar baik lewat corong masjid, musholla, surau/langgar ataupun radio.

Tahukah Anda, siapakah pengarang Sholawat Tarhim ini? Pengarangnya adalah Syekh Mahmud Kholil al-Husaari dari Mesir, loh kok dari Mesir bisa sampai kampung-kampung sih mas? Gimana ceritanya? sabar dulu, kita baca sejarahnya saja biar tahu. Menurut Cak Nun, Syekh Mahmud Kholil al-Husari pernah berkunjung ke Indonesia, belum di ketahui misi beliau dalam rangka apa, mungkin silaturahmi sesama ulama atau qori di Indonesia karena beliau adalah ketua Jam'iyyatul Quro' di Mesir. Kemudian ketika sampai di LOKANANTA Solo, beliau melakukan rekaman sholawat tarhim ini sekitar tahun 50-an.

Sholawat Tarhim
Syekh Mahmud Kholil al-Husari (1917-1980) adalah ulama lulusan Universitas al-Azhar Mesir, dan merupakan salah satu Qari (Pembaca al-Qur'an) terbaik dan paling ternama di jamannya, sampai-sampai beliau di gelari Syaikh al-Maqari (Ahli Qiro'ah). Beliau dikenal kepiawaiannya dalam membaca al-Qur'an secara tartil. Beliau pernah mengatakan bahwa membaca al-Qur'an bukan semata-mata tentang irama (lagu) atau seni bacaannya, paling penting adalah tartil, memahami bacaan al-Qur'an dengan baik dan benar, yaitu melalui studi kebahasaan (linguistik) dan dialek Arab kuno, serta penguasaan teknik pelafalan huruf maupun kata per kata dalam al-Qur'an. Dengan begitu bisa dicapai tingkat kemurnian (keaslian makna) yang tinggi dalam membaca al-Qur'an.

Dibawah ini kami cantumkan link Sholawat Tarhim karya beliau beserta adzan yang sangat merdu untuk kita dengarkan, dengan harapan menambah kecintaan kita kepada Baginda Nabi Saw. Silahkan di download semoga bermanfaat, sebelum kami akhiri artikel ini, mohon keikhlasannya mengirimkan hadiah al-Fatihah untuk beliau Syekh Mahmud Kholil al-Hushari, al-Faatihah...

1. Sholawat Tarhim
2. Adzan Klasik

Sebagian isi kami kutip dari masuk-islam.com

Berguru Kepada Rasulullah Saw

Sang Pemberi Syafa'at
Semua ayat al-Qur'an, mulai dari 5 ayat surat al-'Alaq sampai ayat terakhir, al-yauma akmaltu lakum diinakum wa atmamtu 'alaikum ni'matii wa radhiitu lakumul islaama diinaa (QS. al-Maidah:3), telah tertulis dalam Lauhul Mahfuzh. Meskipun yang ada dalam urutan mushaf saat ini dimulai dengan al-Fatihah hingga an-Nas, akan tetapi yang pertama kali diturunkan adalah surat al-'Alaq ayat 1-5, ini termasuk manajemen panurunan kitab suci yang sangat rapi dari Allah Swt. Karena isi al-Qur'an yang begitu sistematis dan detail, serta memiliki manajemen penurunan wahyu yang sangat rapi, maka dalam mempelajarinya tidak dapat dilakukan secara instan, bahkan membutuhkan ketekunan dan waktu yang lama.

Pesan-pesan Allah Swt yang menjadi pedoman bagi umat manusia terangkum dalam al-Qur'an yang diturnkan secara bertahap selama 22 tahun. Rasulullah Saw adalah satu-satunya sosok yang memahami betul maksud dari tiap huruf, kalimat, ayat dan surat yang terdapat didalamnya. Penafsir ulung berikutnya adalah para sahabat sebagai saksi sejarah, bahkan objek pertama dari al-Qur'an. Kemudian para ulama yang berguru kepada sahabat Nabi, dan berikutnya secara transmisi (sanad) mereka saling menyambung. Jadi tidak dapat dibenarkan jika ada orang yang mengatakan kembali kepada al-Qur'an, dengan maksud tidak usah memakai perangkat yang telah di bakukan oleh para ulama. Yangg sejatinya telah dipahami bersama secara kultural oleh masyarakat Arab pada jaman Nabi, Nahwu (gramatika), Sharaf (morfologi), Balaghah (sastra) dll, meskipun di era Nabi ataupun Sahabat belum menjadi disiplin ilmu tersendiri. Al-Jurumiyah, kitab kecil yang diajarkan oleh pondok-pondok pesantren yang disusun oleh seorang Wali besar Syaikh Shonhaji adalah bagian dari upaya awal untuk memahami al-Qur'an.

Jangan merasa gengsi atau menganggap remeh terhadap kitab kecil. Terkadang suatu kitab dianggap mempunyai nilai besar walaupun bentuknya kecil karena melihat pengarangnya, seperti kitab al-'Arba'in an-Nawawiyyah karangan Imam Nawawi, seorang wali quthub (tingkatan wali tertinggi). Imam Suyuthi pernah bertemu Nabi Saw. dalam keadaan terjaga (yaqzhah) selama 75 kali. Karena alasan inilah, para ulama lebih mendahulukan pengkajian kitab tafsir beliau, yakni tafsir al-Jalalain dengan mengharapkan limpahan barokahnya. Orang-orang yang mengaku faham al-Qur'an dan al-Hadits namun mereka tidak mengakui para sahabat dan ulama salaf, maka sesungguhnya mereka berdusta, karena mata rantai pemahaman al-Qur'an dan Hadits tidak mungkin bisa tanpa melalui para sahabat dan ulama salaf. Seperti halnya memahami al-Qur'an harus melalui apa yang disampaikan para ulama secara transmisi. Mengenal kepribadian Nabi Saw. pun hanya dapat dicapai dengan mengenal kepribadian para sahabat, karena merekalah yang telah berjumpa dan melihat kepribadian Nabi Saw. secara langsung, sedangkan kita bertemu saja tidak pernah. Suatu ketika para sahabat tidak bersedia maju tanding satu lawan satu dalam Perang Khandaq (parit) ketika Nabi Saw. memerintahkan mereka, bukan karena mereka takut menghadapi musuh, akan tetapi karena kekhawatiran mereka akan timbul sifat anaaniyyah (ego/akuisme) dalam hati mereka. Sayyidina Ali Kw. bersedia menjalankan perintah Nabi Saw. tersebut (tanding) karena khawatir jika Nabi Saw. sendiri atau sahabat Abu Bakar Ra. dan sahabat Umar Ra. yang maju bertempur dan gugur dalam pertempuran tersebut, umat Islam akan kehilangan pemimpin mereka. Maka dari itu seandainya harus ada yang gugur, maka cukup Sayyidina Ali Kw. yang gugur. Ketika Sayyidina Ali Kw. maju tanding satu lawan satu dalam Perang Khandaq tersebut belia sudah berumur 28 tahun bukan 8 tahun, karena sangat tidak masuk akal jika Islam sudah mendidik anak kecil yang belum baligh untuk menumpahkan darah meskipun untuk memerangi orang kafir.

Pada Perang Khaibar kondisi sangat mencekam, karena diluar area perkemahan kaum muslimin orang-orang kafir sudah menyiapkan beberapa pasukan panah yang sangat jitu, dan jika satu orang saja dari kaum muslimin keluar dari perkemahan, panah akan siap membidik. Di saat kondisi demikian Rasulullah Saw. menantang para sahabat dengan mengucapkan 'siapa diantara kalian yang berani menyelidiki orang-orang kafir maka akan aku tanggung hidupnya'. Para sahabat hanya diam tanpa ada yang berani mengangkat tangan. Diamnya para sahabat tersebut bukan karena mereka takut terhadap orang-orang kafir, melainkan menjaga hati dari munculnya sifat anaaniyyah. Terbukti ketika Rasulullah Saw. menunjuk sahabat Hudzaifah Ra. untuk menyelidiki, Hudzaifah langsung berdiri tegak menunjukkan keberaniannya dan langsung terjun menyelidiki kaum kafir. Dengan ketangguhan serta kecepatan larinya, sahabat Hudzaifah Ra. tidak tersentuh anak panah sama sekali. Saat sahabat Hudzaifah Ra. menceritakan peristiwa diatas kepada kedua cucunya, mereka terlihat kagum dan bersemangat. Mereka berkata 'jika Rasulullah Saw. memerintahkan kami, niscaya kami akan maju pertama kali dan siap gugur di medan perang'

Mengetahui cucu-cucunya mempunyai semangat luar biasa, sahabat Hudzaifah Ra. bahagia. Kemudian Hudzaifah Ra. berkata, 'Nak, nak... Kamu sekalian beruntung dilahirkan di jaman sekarang, jika kamu sekalian hidup di jaman Nabi Saw., kamu sekalian tidak termasuk golongan orang-orang munafiq saja sudah untung'. Rasulullah Saw. adalah ahli strategi, bukan ahli politik, karena dalam politik seringkali tidak bisa lepas dengan kebohongan, padahal diantara sifat Nabi Saw. adalah shiddiq (jujur). Jangan sampai menggunakan istilah yang keliru dalam mensifati Nabi Saw.
Wallahu A'lam. []

Dikutip dari Buku SECERCAH TINTA

Secercah Tinta

habib luthfi bin yahya
Secercah Tinta
Secercah Tinta

Jalinan Cinta Seorang Hamba Dengan Sang Pencipta

Karya KH. al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya
Pengantar: Prof.Dr.KH. Said Aqil Siradj, MA.
Dr.(H.C) KH. Mustofa Bisri
al-Habib Zaid bin Abdurrahman bin Yahya, MA. (Yaman)
Epilogue: Ismail Fajrie Alatas
Editor: Ahmad Tsauri
Penerbit: Menara Publisher
Ukuran: 13,5 x 20,5 cm
Tebal: XlViii + 362 hlm.
ISBN: 978-602-18230-0-2
Cetakan ke-2, Januari 2014

Pengantar

Buku ini merupakan kumpulan nasihat, ceramah, pengajian dan ucapan-ucapan Habib Luthfi bin Yahya yang sangat kaya akan tema. Dalam setiap bab atau dalam buku ini disebut dengan mozaik, anda akan menemukan beberapa tema yang berdiri sendiri satu sama lain. Lewat buku ini anda terasa sedang menyelami lautan ilmu Habib Luthfi yang amat luas. Tema yang dihadirkan selalu menggunakan bahasa tutur bukan bahasa tulis sebagaimana umumnya buku, sehingga kita yang membaca buku ini terasa seperti sedang menghadiri majlis pengajian beliau.

Berikut ini petikan pengantar buku Secercah Tinta oleh beberapa tokoh:

"...Habib Luthfi memang merupakan pembicara yang tausiah dan nasihat-nasihatnya banyak dinantikan oleh masyarakat muslim, terutama di tanah Jawa. Tema apapun yang disampaikannya disampaikan secara santai, dengan bahasa yang komunikatif, dan kaya referensi. Buku yang kini di tangan Anda merupakan teks penting yang dapat menutup kelemahan pengajian sekaligus dapat dijadikan 'pengajian harian'..."
-KH. A. Mustofa Bisri
(Wakil Rais 'Am Syuriyah PBNU dan Budayawan)

"...Hadirnya buku ini, merupakan sebuah bentuk aplikasi ke-Aswaja-an (Ahlu Sunah wal-Jama'ah) dalam konteks ruhaniyah dengan menghadirkan tasawuf sebagai media menyelami kehidupan melalui Aswaja. Semoga dengan torehan-torehan tinta Habib M. Luthfi bin Ali bin Yahya ini dapat tercipta semangat religiusitas, nasionalisme, pluralitas, serta humanitas..."
-Prof.Dr.KH. Said Aqil Siradj, MA.
(Ketua Umum PBNU)

"...Saya merasa terhormat dengan berkesempatan membaca buku Sayid al-Habib Luthfi tersebut.
...Saya membaca judul-judul tulisan yang merupakan hasil dari pemikiran, bersumber dari kedalaman hati, dan memancarkan cahaya (karena memuat riwayat hidup Nabi Saw. Sahabat, Tabi'in dan para Ulama).
...Saya sangat berharap (agar murid al-Habib Luthfi) memikirkan terjemahannya ke dalam bahasa-bahasa lain selain bahasa Indonesia. Agar buku yang sarat dengan penalaran, spiritual dan istimewa ini bermanfaat lebih luas lagi..."
-Al-Habib Zaid bin Abdurrahman bin Yahya, MA.
(Ulama dan Intelektual Muda, Tarim, Yaman)

"...Maulana al-Habib Luthfi tak henti-hentinya menekankan betapa pentingnya sejarah dan pemahaman terhadapnya dalam proses pendakian jenjang spiritual. Beliau tampak jelas sekali mengafirmasi pencarian dan penggalian ilmu justru sebagai ibadah itu sendiri, dan bukan hanya sebatas persiapan untuk ibadah..."
-Ismail Fajrie Alatas
(Intelektual Muda, Ph.D Candidate University of Michigan AS)

Berikut beberapa tema yang dibahas dalam buku ini, diantaranya:

¤ Kesaksian Allah Swt. atas Risalah dan Keistimewaan Nabi Muhammad Saw.
¤ Kedudukan Sahabat Nabi
¤ Tujuh Abdullah: Maha Guru Hadhramaut
¤ Koreksi atas Gharaniq (Ayat-Ayat Setan)
¤ Asal Mula Istilah Ahlu Sunah
¤ Tahapan Mengenal Allah Swt.
¤ Keimanan Kedua Orang Tua Nabi
¤ Dll.
Serta masih banyak lagi tema yang dibahas dalam buku ini, yang semuanya terangku dalam lima mozaik.

Selamat Membaca!

-------
Info hubungi:
085742628035
Tlp/SMS/WA

Terima Kasih

Sirrul Asrar

syekh abdul qodir aljailani
Sirrul-Asrar
Sirrul-Asrar

... rasaning rasa

Karya Syekh Abdul Qodir Al-Jailani Ra.
Penerjemah: KH. Zezen ZA Bazul Asyhab
Penerbit: Salima Publika
Tebal: XXXii + 283 hlm. Hard Cover
Cetakan ke-2, Juli 2013
ISBN: 978-602-1511-02-2

Pengantar

Dari abad ke abad, kitab Sirrul-Asrar telah menjadi rujukan utama dalam ilmu tasawuf. Ini adalah magnum opus dari Sulthan Aulia, Al-Ghauts Al-A'zham, Syekh Abdul Qodir Al-Jailani Qaddasallahu Sirrahu. Tak hanya mengupas rahasia di balik rahasia batiniyah manusia yang menyelami samudera makrifat, kitab ini juga menjelaskan bahasa "rasaning rasa," rasa diatas rasa spiritual seorang hamba yang merindukan perjumpaan dengan Tuhannya. Juga mengenalkan dunia ruh, al-qalb, al-fuad dan tabir-tabir ruhani, serta mengajarkan bagaimana cara mengolah cipta rasa, mengamalkan dan menempuh jalan syari'at, tarekat, hakikat dan makrifat.

"Kitab ini berisi terapi iman, Islam dan ihsan dalam rangka taqarrub kepada Al-Khaliq dan penjelasan bagaimana seharusnya jika seorang ingin mencapi kesempurnaan ilmu dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Memang teramat mulia dan dalam konsep petuah yang disampaikan oleh Sultan Aulia Ghauts Al-A'zham Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Qaddasallahu Sirrahu melalui kitab Sirr Al-Asrar ini. Oleh karena itu, dalam membaca dan memahaminya, diperlukan ketelitian, pemikiran yang jernih dan tajam, daya serap yang kuat, dan wawasan yang luas, serta yang penting disertai dengan hati yang ikhlas dan lillahi ta'ala."
-KHA. Shohibul Wafa Tajul Arifin (Abah Anom)
Mursyid Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah

"Buku ini adalah rujukan utama ilmu tasawuf. Sulthanul-Aulia, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, mengupas secara mendalam tentang makna-makna syari'at, tarekat, hakikat, dan makrifat yang dibutuhkan bagi umat Islam."
-Prof.Dr. Nasaruddin Umar, MA.
Mantan Wakil Menteri Agama RI & Rektor PTIQ Jakarta

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani adalah Sulthanul-Auliya' atau sultannya para wali yang terkenal dengan Al-Ghauts Al-A'zham. Lahir pada tahun 471 H/ 1078 M, di Jailan, Persia. Dari nasabnya, beliau memiliki garis keturunan hingga Nabi SAW, baik dari jalur ayah maupun dari jalur ibu. Banyak gelar kehormatan yang disandang Sang Syekh, di antaranya; Muhyiddin was Sunnah (penghidup agama dan sunnah Nabi SAW), Mumitul Bid'ah (ulama yang gigih menghapus penyimpangan dalam agama), Al-Imam Az-Zahid (imam yang zahid), Al-Arif Al-Qudwah (teladan yang mencapai maqam 'arifbillah), serta gelar yang paling populer Sulthan Al-Auliya' (pemimpin para wali).

Beliau wafat di Baghdad, Irak, 10 Rabi'ul Akhir 561 H/ 1166 M. Berikut adalah beberapa karyanya: Al-Ghunyah li Thalibi Thariqil Haq, Futhuhul-Ghaib, Al-Fath ar-Rabbani, Jala' Al-Khawathir, Sirrul-Asrar, Khamsata 'Asyara Maktuban, Ar-Rasa'il, Ad-Diwan, Shalawat wal-Aurad, Yawaqitul-Hikam, Amrul-Muhkam, Mukhtashar Ulumuddin dan masih banyak lagi karya lainnya.

"Meski banyak terjemahan Sirrul-Asrar, tapi buku ini sangat spesial. Penerjemahnya, tokoh yang telah menyelami dunia tasawuf begitu mendalam. Karya besar Syekh Abdul Qadir Al-Jailani ini dilengkapi teks Arab hingga mudah dipahami salik."
-Prof.Dr. Mulyadhi Kartanegara, MA.
Guru Besar Filsafat Islam dan Tasawuf UIN Jakarta

"Semoga karya ini bermanfaat bagi umat Islam untuk menambah wawasan pengetahuan tentang hakikat amal saleh, ruh dan kalbu."
-Prof.Dr.KH. Said Aqil Siradj, MA.
Ketua Umum PBNU

Selamat Membaca!

-------
Info hubungi:
085742628035
Tlp/SMS/WA

Terima Kasih

Oase Buya Yahya, Agar Anak Berbahagia

Anak adalah nikmat besar yang dikaruniakan oleh Allah Swt kepada kita, akan tetapi tidak semua dari kita mengerti menjaga nikmat tersebut. Menjaga akhlak dan keimanan mereka adalah yang harus diutamakan. Itulah yang diharapkan dan diinginkan oleh anak, biarpun tidak terucap oleh lidah mereka. Orang tua yang cerdas dan bijak adalah orang yang senantiasa tahu apa yang dibutuhkan oleh anak-anaknya. Dan diantara hal yang dibutuhkan oleh anak tidak ada yang melebihi pentingnya keselamatannya kelak setelah kehidupan didunia ini.

albahjah cirebon
Buya Yahya
Jika ada orang tua yang begitu bersemangat menyekolahkan anaknya di pendidikan tinggi dengan harapan agar anaknya kelak mendapatkan pekerjaan yang layak dan menguntungkan dari segi materi, atau seorang tua membekali modal besar untuk anaknya agar bisa mandiri dan makmur dalam kehidupannya di dunia ini. Sungguh, ia adalah orang tua yang cerdas senantiasa berfikir akan masa depan sang anak. Akan tetapi, seorang tua tersebut akan menjadi tidak cerdas dan tidak bijak lagi, jika ternyata melupakan masa depan yang lebih lama yaitu kehidupan setelah kehidupan dunia ini.

Ada masa depan nanti di alam barzah yang tidak hanya 60 atau 100 tahun, akan tetapi ribuan tahun dan bersama penantian itu sang anak akan menuai apa yang diperbuat saat didunia dahulu. Dan nanti setelah kehidupan alam barzah akan dilanjutkan menuju kebahagiaan yang hakiki di surga atau di neraka. Siapa yang rela anaknya disiksa di alam barzah dan akhirat nanti? Disiksa karena kita sebagai orang tua telah tidak memikirkan bekal anak-anak kita di kehidupan setelah kehidupan ini. Kita mungkin akan mudah tanggap jika anak kita gagal ujian akhir di sekolah atau universitas atau gagal dalam sebuah usaha dagangnya, akan tetapi kenapa kita tidak mudah tanggap dengan anak-anak kita yang malas melakukan sholat atau mulai melakukan sesuatu yang di larang oleh Allah Swt?

Sungguh, bahasa cinta adalah amat indah dan akan menghadirkan keindahan cinta yang sesungguhnya kepada anak akan diterjemahkan terhadap kepedulian terhadap masa depan anak. Dan tidak ada masa depan yang sesungguhnya selain masa depan di akhirat. Bukan cinta yang sesungguhnya bagi orang tua yang hanya ingin membahagiakan anaknya selama 60 tahun sepanjang hidupnya di dunia lalu melupakan kehidupan yang lebih lama setelah kehidupan dunia ini.

Yang berani membiayai sekolah anaknya untuk mencari ilmu dunia dengan biaya mahal, tentu akan rela membiayai anaknya untuk mengambil bekal di akhirat dengan biaya yang lebih mahal. Jika masih ragu untuk demikian itu, maka sangat diragukan kecintaan orang tua tersebut terhadap anaknya, bahkan sangat mungkin diragukan keimanannya terhadap kehidupan setelah kehidupan di dunia ini. Dan tidak sampai disini, orang tua yang lalai memikirkan kebahagiaan anaknya kelak di akhirat akan menemukan kesengsaraan yang amat sangat seperti yang pernah dikisahkan oleh Rosulullah Saw, kisah seorang ahli ibadah yang hendak menuju surga tetapi tiba-tiba ada yang menyeru dari dasar neraka jahannam, menginginkan agar orang yang hendak masuk surga itu dimasukkan ke neraka bersamanya. Melihat kejadian seperti ini, malaikat menghadap kepada Allah Swt, dan Allah Swt memerintahkan kepada malaikat untuk menggiring orang tersebut ke neraka.

Ia adalah orang tua ahli ibadah, ahli sedekah dan ahli kebaikan, akan tetapi telah membiarkan sang anak tanpa ada bimbingan agar semakin dekat kepada Allah Swt dan tanpa pembekalan di akhirat. Maka disebabkan oleh keteledorannya dalam mempersiapkan masa depan anaknya di akhirat, maka ia pun di masukkan bersama anaknya di neraka jahannam.

Semoga kita menjadi orang tua yang bisa benar-benar peduli, perhatian kepada urusan dan masa depan anak-anak kita di dunia dan di akhirat. Wallahu A'lam Bishshowab, Buya Yahya.[]

Untuk Anda yang ingin mendapatkan oase ini dalam versi audio, silahkan download gratis 100% Oase Buya Yahya di bawah ini.

Kesaksian Allah Swt Atas Keutamaan Sahabat Nabi Ra.

Allah Ta'ala menciptakan dan menjadikan sahabat sebagai manusia pilihan (mukhtar kuluhum). Walaupun di antara mereka terjadi perselisihan, setelah Rosulullah Saw wafat. Dapat dikatakan bahwa semua perselisihan itu untuk menunjukkan bahwa para sahabat itu pilihan Allah, dan mereka mempunyai kedudukan yang istimewa di sisi-Nya, maka untuk memperjelas hal ini saya akan mengambil analogi dari peristiwa Isro' Mi'roj. Keterangan ini mungkin agak musykil, sukar, mungkin karena Anda jarang mendengar.

kalimat tauhid
Analogi Keistimewaan Sahabat dalam Peristiwa Mi'roj

Nabi Musa As adalah diantara sekian Nabi yang mendapat nur Rosulullah Saw. Sedikit banyak, Nabi Musa As telah mendapatkan nur min amalil ubudiyyah, pancaran cahaya karena kesalehan, bukan nur pertama kali Nabi Saw diciptakan oleh Alah Swt.

Dasarnya apa? ketika Rosulullah  Saw menghadap Allah Swt pada peristiwa mi'roj, Nabi langsung diberi tugas sholat lima puluh waktu. Nabi Musa As berulang kali mengusulkan agar jumlah itu dikurangi. Karena umat tidak akan kuat melaksanakannya. Permasalahannya di sini, ketika Nabi Musa As bertemu dengan  Rosulullah  Saw, setelah menerima tugas sholat lima puluh waktu, Rosulullah Saw baru kembali dari bertemu dengan Allah Swt. Pada kesempatan itu Rosulullah Saw membawa nur atsar nazhor ila wajhil kariim, pancaran cahaya ilahiyyah yang didapat pada saat Nabi Saw melihat Allah Swt secara langsung. Begitu Nabi Muhammad Saw bertemu dengan Nabi Musa As yang terpantul dari cahaya barokah nazhor ila wajhil kariim yang pertama kali mendapatkannya adalah Nabi Musa As. Begitu Nabi Musa As mengusulkan umatmu tidak kuat, balik lagi menghadap kepada Allah Swt, Rosulullah Saw membawa tambah nur-Nya. Yang pertama mendapat berkah dari pertemuan Rosulullah Saw dengan Allah  Swt secara terus-menerus tidak lain adalah Nabi Musa As, itu hebatnya. Walaupun Nabi Musa As di gunung Tursina memohon kepada Allah Swt ingin melihat Allah Ta'ala tidak bisa, karena ketika munajat saja, Nabi Musa As hanya melihat wibawanya Allah Ta'ala, Nabi Musa 'kaana shoo `iqoo (QS. al-A'rof: 143), pingsan. Kegagalan Nabi Musa As menatap wajhil kariim di gunung Tursina mendapat ganti, dengan melihat Rosulullah Saw dan mendapat nur min rosulillah atsaron kaamilah, mendapat cahaya Rosulullah Saw secara sempurna, itu hebatnya.

Setelah Nabi Muhammad Saw turun dari langit dan bertemu dengan para sahabat, orang yang mendapat barokah nur nazhor ila wajhil kariim adalah mereka para Sahabat, ini hebatnya. Keterangan ini mungkin baru Anda dengar.

Dengan dasar ini, para sahabat mendapat dua nur, nur atsar min nazhor ila wajhil kariim, yang kedua mendapatkan cahaya Rosulullah Saw setiap hari, mereka duduk, ruku', sujud dan sebagainya, bersama-sama dengan Rosulullah Saw. Walaupun diantara para sahabat ada yang kontroversi, seperti Mu'awiyah contohnya. Dalam pandangan Ahlussunnah Waljamaah, apapun ijtihad Mu'awiyah adalah salah, tapi Ahlussunnah Waljamaah tetap dalam pendirian; tidak ada hak untuk mengkafirkan Mu'awiyah. Ahlussunnah tetap memuliakan kedudukan Mu'awiyah sebagai sahabat Nabi Saw. Wajar, karena para sahabat adalah bukan maksum sebagaimana para Nabi. Para sahabat hanya mendapatkan mahfuzh min Allah, penjagaan dari Allah Ta'ala. Dan mahfuzh dari Allah Ta'ala itu bertingkat, tidak sekaligus semua mendapatkan mahfuzh. Bertingkat, sebagaimana 'ubudiyyah, ibadahnya para sahabat-sahabat itu sendiri.

Walaupun demikian, untuk menutupi kekurangan sahabat yang pada waktu itu terkadang melakukan kekhilafan, keturunan mereka yang diangkat menjadi wali quthb al-ghouts itu banyak. Diantaranya siapa? Umar bin Abdul Aziz masih ada darah dari Mu'awiyah. Cucunya sendiri menjabat sebagai Quth al-Ghouts; Mu'awiyah bin Yazid bin Mu'awiyah. Beliau seorang quth al-ghouts di jamannya. Luar biasa kan! Ini membuktikan kemuliaan maqomah (kedudukan) sahabat. Makanya jangan sembarangan kita ikut-ikutan mencela sahabat.

Sahabat itu, disamping mukhtar min Allah, pilihan dan diangkat langsung oleh Allah, pengangkatan mereka mendapat kesaksian  (asy-syahadah) Baginda Nabi Saw, ikrar keimanan mereka disaksikan oleh Nabi Saw. Kesaksian Rosulullah Saw ini dikuatkan oleh Allah Ta'ala dalam surat al-Fath ayat 29, yang artinya kurang lebih demikian: "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhoa-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikian sifat-sifat mereka dalam Taurot dan sifat-sifat mereka dalam injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak lurus diatas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengejakan amal yang saleh diantara mereka ampunan dan pahala yang besar".

Yatala'la'u nuuruhum min atsaris sujud, muka mereka semakin bercahaya karena sujud mereka kepada Allah. Bukan karena jidat terus menempel pada tempat sujud. Allah Ta'ala memberikan nuuuruhum min atsaris sujud dari tawadhu'nya, dari tauhidnya dari keyakinannya, dari makrifatnya, dari sujudnya, bukan min atsaril karpet, bukan dari bekas karpet.

Dari orang-orang yang demikian, sahabat dibagi beberapa macam, ada yang tingkatan auliya`, ada yang hanya tingkatan ulama. Walhasil, setiap individu sahabat pada jaman sahabat pasti ulama, setiap ulama pada jaman sahabat pasti sahabat. Tapi setelah sahabat, at-Tabi'in belum tentu ulama. Walaupun keulamaan sahabat tersebut dalam tingkatnya masing-masing. Wallahu A'lam.[]

Petikan ceramah Habib Luthfi bin Yahya, dikutip dari buku SECERCAH TINTA

Album Sholawat Habib Syech Volume 01

Diantara bukti kecintaan kita kepada Baginda Nabi Saw adalah gemar membaca sholawat dan salam kepada beliau. Sholawat merupakan salah satu amal ibadah yang dicontohkan oleh Allah Swt secara langsung. Sebelum kita mendapatkan perintah untuk bersholawat kepada Nabi Saw, Allah Swt dan para malaikat sudah terlebih dahulu bersholawat kepada Nabi Saw sebagaimana termaktub dalam al-Qur'an. Bahkan yang menjadi mahar Nabi Adam As ketika menikahi Siti Hawa adalah membaca sholawat kepada Rosulullah Saw. Betapa agungnya sholawat itu, sampai-sampai menjadi salah satu dari rukun sholat, maka barang siapa yang di dalam sholat tidak membaca sholawat maka tidak sah sholatnya. Didalam kitab Washiyatul Mushthofa disebutkan bahwa Nabi Saw pernah berwasiat kepada Sayyidina Ali Ra: ''Hai Ali, barang siapa yang membaca sholawat kepadaku 100 kali sehari semalam, maka dia akan mendapat syafa'atku"

majelis ahbabul mushthofa
Di rubrik sholawat ini, insya Allah kami akan membagikan beberapa koleksi mp3 sholawat yang kami miliki. Dengan harapan mudah-mudah bisa menambah kecintaan kita kepada Baginda Nabi Muhammad Saw, dan semmoga kelak di hari kiamat kita akan memperoleh fasilitas syafa'at dari beliau Saw. Untuk yang perdana kami bagikan album sholawat dari Habib Syech bin Abdul Qodir as-Segaf volume pertama.

Ya, suara emas beliau sudah didengar oleh jutaan kaum muslimin. Lewat Majelis Ahbabul Mushthofa Solo yang beliau pimpin, maka lahirlah beberapa album sholawat, diantaranya album volume 1 yang kami bagikan ini. Sambutan umat terhadap album sholawat Habib Syech  memang sangat luar biasa, ini terbukti beliau hampir tiap hari mempunyai jadwal sholawatan dan maulid di beberapa daerah di pulau Jawa bahkan beberapa waktu lalu beliau pernah mendapat undangan dari Malaysia, Hongkong dan lain sebagainya.

Dakwahnya yang santun, suaranya yang khas dan merdu, tutur katanya yang lembut seakan menjadi magnet yang bisa merangkul elemen masyarakat dari berbagai kalangan. Dalam tiap dakwahnya beliau selalu mengkampanyekan agar umat Islam senantiasa bersholawat kepada Junjungan Nabi Muhammad Saw, selalu mengikuti dan menghidupkan sunnah-sunnah Nabi, taat kepada orangtua, ulama, habaib, para ustadz dan romo-romo kiyai serta cinta NKRI. Itu beberapa pesan dari beliau yang pernah kami dengar lewat wejangan beliau yang kerap disampaikan di sela-sela sedang bersholawat. Nah, jika Anda ingin memiliki salah satu koleksi album sholawat beliau, silahkan download di bawah ini.

Album Sholawat Habib Syech Volume 1

1. Allahu Allah
2. Ya Waridal Musthofa
3. Antal Amin
4. Ilaahi Nas`aluk
5. Da'uni
6. Ahlan Wasahlan
7. Ya Robbi

Insya Allah bersambung di album sholawat volume berikutnya.

Kesaksian Allah Swt Atas Risalah Dan Keistimewaan Nabi Muhammad Saw (2)

Maha Pemurah
Kesaksian Allaah Ta'ala terhadap kerosulan Nabi Saw, diantaranya surat Yasin ayat 1-4; Yaa Siin, Demi al-Qur'an yang penuh hikmah, sesungguhnya kamu salah seorang dari rosul-rosul, (yang berada) diatas jalan yang lurus. Kesaksian itu turun pada saat Rosulullah Saw merasakan betapa beratnya menundukkan mereka, agar mau beriman. Jadi  bukan beratnya menjadi Rosul seperti halnya menjadi polisi, yang berat bukan statusnya, tapi tugasnya menyadarkan masyarakat, agar tidak berbuat kejahatan yang merugikan dirinya dan masyarakat. Tanggung jawab itu, lebih berat dari status yang disandangnya. Itu baru tingkat bawah, adapun tanggung jawab dan tugas seorang Rosul tentu tidak ada bandingannya.

Kronologi turunnya ayat tersebut (asbabun nuzul) bermula ketika Rosulullah Saw tengah memikirkan bagaimana caranya supaya orang-orang non muslim beriman atas risalah yang dibawa oleh Rosulullah Saw. Mayoritas dari mereka lari bahkan memusuhi, bukan hanya tidak mau mengakui risalah Rosulullah Saw. Hingga akhirnya untuk membesarkan hati Nabi Saw, Allah Swt menurunkan ayat, Yaasiin, wal qur'aanil hakiim, innaka laminal mursaliin (Wahai Yasin, demi al-Qur'an yang mulia, Sungguh engkau sebenar-benarnya utusan).

Allah Swt membesarkan hati Nabi Saw: 'Andaikata mereka tidak mau mengakui wahai Muhammad bahwa engkau utusan-Ku, Aku yang mengakuimu; engkau adalah utusan-Ku. 'Engkau sebenar-benar utusan.  Sampai pula turun ayat "Ar-rohmaan, 'allamal-qur'aan kholaqol-insaan, 'allamahul-bayaan", ([Tuhan] Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan al-Qur'an. Dia menciptakan manusia, Mengajarnya pandai berbicara) (QS. ar-Rohman: ayat 1-4). Siapa yang di maksud dalam ayat ini? Tiada lain Rosulullah Saw. Dalam surat al-'Alaq Allah Swt berfirman: Iqro` bismirobbikallaadzii kholaq, kholaqol-insaana min 'alaq, iqro' wa robbukal-akrom (Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Maha Pemurah) (QS. al-'Alaq: 1-3). Kepada siapakah pertama kali ayat ini ditujukan? Pada Rosulullah Saw. Dalam surat al-Hujurot: 13 Allah Swt berfirman: 'inna akromaakum 'indallaahi atqookum' (Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang paling taqwa di antara kalian). Siapa yang di maksud dengan akrom dan atqo dalam ayat tersebut? Rosulullah Saw.

Kalau ada orang yang bertanya siapa mahluk yang paling mulia di alam semesta ini? Kita harus menjawab Rosulullah Saw, sebab beliaulah orang yang paling taqwa. Oleh sebab itu, kalau ingin menjadi orang yang takwa, tidak ada cara lain selain mengikuti (ittiba') meniru dan mencontoh keteladanan Sayyidina Muhammad Saw, dijamin dia akan termasuk orang yang takwa.

Saya menerangkan terlebih dahulu fungsi al-Qur'an sebagai saksi kerosulan dan keistimewaan Nabi Muahammad Saw, supaya kita tahu sumber-sumbernya dahulu. Juga agar kita mengakui dan mengetahui bahwa Rosulullah Saw sebagai sumber utama Ahlussunnah wal jamaah adalah orang yang istimewa, yang berbeda dari manusia pada umumnya. Sebab itu pula, kalau ada orang mengatakan atau minta disamakan dengan Rosul Saw, dia adalah orang yang menghayal. Sama dari mana?! Dia tidak mendapat penyaksian (as-Syahadah) dari Allah Swt, sementara Rosulullah Saw disaksikan akhlaknya, susunan anatominya, susunan fisiknya dan sebagainya. Yang menciptakan sendiri yang memberikan kesaksian. Kan lebih akurat! Bagaimana mungkin kita berani menafsirkan Rosulullah Saw manusia biasa.

Lalu bagaimana dengan ayat 110 surat al-Kahfi; "Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya".

Maksud dari ayat itu adalah pesan-pesan kerosulan Nabi Muhammad Saw dapat diterima dengan mudah oleh manusia. Karena Rosulullah Saw sendiri adalah manusia. Memberi kesadaran kepada umat bahwa Allah Ta'ala telah mempermudah manusia untuk menerima ketentuan-Nya melalui utusan dari golongan manusia (li tashilil ummat). Dan itu merupakan salah satu dari sekian rahmat-Nya. Basyar, manusia dalam ayat itu bukan berarti menyamakan Rosulullah Saw dengan kedudukan manusia biasa. Tidak! Qul innamaa ana basyarun mitslukum (QS. al-Kahfi ayat 110), Aku ini seperti kalian; berbicara, bermata, bertelinga, manusia, sama-sama manusia, mitslukum, seperti kalian. Akan tetapi kata mitslukum tidak berarti sama sekali sama atau sama persis.

Dipilihnya Rosul dari kalangan manusia yaitu untuk memudahkan umat. Sebab seandainya Rosul dari kalangan jin, akan menyulitkan manusia, sebab jin tidak terlihat. Kalaupun terlihat manusia pasti lari, karena keduanya memiliki alam dan pola hidup yang berbeda sama sekali. Sedangkan Malaikat tidak terkena kewajiban 'quu anfusakum wa ahliikum naaroo, (QS. at-Tahrim: 6), menjaga  diri dan keluarga dari api neraka. Sebab malaikat tidak punya anak serta tidak punya istri. Lalu siapa yang berperan menjadi utusan atau rosul? Jawabannya adalah manusia. Dan manusia yang menjadi rosul itu ialah Muhammad Saw yang lahir di Mekkah, hijrah ke Madinah, putera  Sayyid Abdullah dan Siti Aminah. Manusia luar biasa, yang karakter, fisik dan perjalanan hidupnya diabadikan dalam al-Qur'an. Wallaahu A'lam bish showaab. []

Ceramah Habib Luthfi bin Yahya, dikutip dari buku Secercah Tinta

Kesaksian Allah Swt Atas Risalah Dan Keistimewaan Nabi Muhammad Saw (1)

Mengenang Kyai Ahmad Asrori al-Ishaqi

Kyai Ahmad Asrori al-Ishaqi merupakan putra dari Kyai Utsman al-Ishaqi. Beliau pengasuh Pondok Pesantren al-Fithroh Kedinding Surabaya. Kelurahan Kedinding Lor terletak di Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya. Di atas tanah kurang lebih 3 hektar berdiri Pondok Pesantren al-Fithroh yang di asuh oleh Kyai Ahmad Asrori al-Ishaqi. Nama al-Ishaqi dinisbatkan kepada Maulana Ishaq, ayah Sunan Giri, karena Kyai Utsman masih keturunan Suanan Giri.

Beliau dibaiat langsung oleh ayahnya sebagai  Mursyid Thoriqoh Qodiriyah an-Naqsyabandiyah al-Utsmaniyah. Di bawah asuhan beliau, thoriqoh ini berkembang pesat, jamaahnya sangat banyak bukan hanya di nusantara, namun tersebar ke manca negara.

Al-Fithroh Kedinding SurabayaDi dalam memimpin thoriqoh ini, beliau mengambil posisi netral, dalam artian tidak terikat dengan oraganisasi politik manapun, sebab di zaman orde baru tarekat qodiriyah wa naqsyabandiyah sempat terbelah ada Tarekat Rejoso Jombang yang di bawah pimpinan Kyai Musta'in Romli yang merapat ke Golkar, Tarekat Cukir Jombang di bawah pimpinan Kyai Adlan Ali yang merapat ke PPP dan Tarekat Kedinding Lor di bawah asuhan Kyai Asrori memilih posisi netral. Karena sifat netralnya secara politik ini, maka Tarekat Kedinding Lor di bawah asuhan Kyai Asrori memiliki hubungan dan jaringan yang luar biasa banyak dari berbagai kalangan baik dalam negeri maupun manca negara seperti Malaysia, Brunei, Singapura dll.
Selain itu, pola dakwahnya yang sederhana, suaranya yang merdu seakan menyentuh relung-relung jiwa yang mendengarnya. Dalam setiap memberikan wejangan kepada jamaahnya, Kyai Asrori selalu menggunakan rujukan Kitab Nasoihul Ibad karya Syekh Nawawi al-Bantani, al-Hikam karya Imam Ibnu 'Atho`illah dan lain-lain. Selain pengajian yang lebih banyak mengupas masalah tasawuf, Kyai Asrori juga sering juga menyisipkan masalah fikih sebagai materi penunjang. Seorang ulama asal Ploso Kediri Jawa Timur, Kyai Nurul Huda pernah bertutur, "sulit mencari ulama yang cara penyampaiannya sangat mudah dipahami oleh semua kalangan dan doanya sanggup menggetarkan hati seperti Kyai Asrori". Hal yang sama juga pernah di sampaikan oleh Kyai Abdul Ghofur, seorang  ulama asal Pekalongan Jawa Tengah, "Kyai Asrori seorang figur yang belum ada tandingannya, baik ketokohannya maupun kedalaman keilmuan dan spiritualnya.

Thoriqoh yang diajarkan oleh Kyai Asrori memang dirasakan berbeda dengan thoriqoh atau mursyid-mursyid lain pada umumnya. Jika kebanyakan para mursyid setelah membaiat kepada murid baru, untuk amaliyah sehari-hari diserahkan kepada murid yang bersangkutan di tempat masing-masing untuk pengamalannya, tidak demikian dengan Kyai Asrori. Beliau sebagai Mursyid Thoriqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah al-Utsmaniyah memiliki tanggung jawab besar, yakni tidak sekedar membaiat kepada murid baru kemudian tugasnya selesai, akan tetapi beliau secara terus menerus melakukan pembinaan secara rutin melalui majelis khususi mingguan, pengajian rutin bulanan setiap Ahad awal bulan Hijriyah dan kunjungan rutin ke beberapa daerah.

Untuk membina jamaah yang telah melakukan baiat, khususnya di wilayah Jawa Tengah, bahkan Kyai Asrori telah menggunakan media elektronik yaitu Radio Siaran untuk penyebaran dakwahnya, sehingga murid-muridnya tidak lagi akan merasa kehilangan kendali. Ada lima radio di Jawa Tengah yang di milikinya setiap pagi, siang dan malam selalu memutar ulang dakwahnya Kyai Asrori, yakni Radio Rasika FM dan W FM berada di Semarang, Radio Citra FM di Kendal, Radio Amarta FM di Pekalongan dan Radio Suara Tegal di Slawi.

Radio-radio inilah yang setiap harinya mengumandangkan dakwahnya yang sangat khas dan disukai oleh banyak kalangan, meski mereka tidak atau belum berbaiat, bahkan ketemu saja pun belum pernah, toh tidak ada halangan baginya untuk menikmati suara merdu yang selalu mengumandang lewat acara istighotsah di awal buka dan akhir tutup siaran radio. Kemudian juga dapat didengar lewat manaqib rutin mingguan dan bulanan serta acara-acara khusus seperti Haul Akbar yang pernah di adakan di Kota Pekalongan beberapa waktu yang lalu disiarkan langsung oleh tiga radio ternama di Kota Pekalongan dan Batang.

Kini beliau talah menghadap Sang Pencipta, pada 26 Sya'ban 1430 H / 18 Agustus 2009 M, mudah-mudahan Allah Swt menaikkan derajat beliau di akhirat, dan kita yang masih hidup bisa mendapatkan manfaat serta barokah ilmunya, amin. Untuk beliau mari kita mengirimkan hadiah ummul kitab, al-Faatihah...

Anda yang pernah bertemu beliau, atau pernah mendengar suara merdunya, tentu sangat merindukan beliau. Nah, berikut ini kami akan berbagi rekaman istighotsah, maulidur rosul dan ceramah beliau, mudah-mudahan bermanfaat. Silahkan download gratis...

1. Istighotsah
2. Yasin
3. Tahlil
4. Doa Tahlil
5. Maulidur-Rosul
6. Wejangan
7. Qoshidah
8. Folder Ceramah
9. Folder Ceramah

Sebagian isi di kutip dari Sumber


Kesaksian Allah Swt Atas Risalah Dan Keistimewaan Nabi Muhammad Saw (1)

Yang Maha Penyayang
Allah Swt memberikan dua dasar kepada kita, kaum beriman; al-Qur'an dan Sunnah Nabi. Yang dibawa oleh Jibril As disebut al-Qur'an al-Azhim. Kemudian Sunnah atau Hadits Nabi dibagi menjadi dua, ada yang disebut Hadits ada pula yang disebut Hadits Qudsi. Keduanya banyak digunakan untuk menguatkan kedudukan al-Qur'an. Adapun Hadits Qudsi mempunyai keistimewaan lain, yaitu untuk menunjukkan bagaimana hubungan Rosulullah Saw dengan Allah Swt. Meskipun pada hakikatnya al-Qur'an maupun  Hadits Qudsi keduanya sama-sama menunjukkan keistimewaan  kedudukan Nabi Muhammad Saw di sisi Allah Swt.

Al-Qur'an sendiri mempunyai dua fungsi. Pertama, sebagai dasar-dasar ajaran. Fungsi ini mencakup beberapa hal penting: hukum, yang mencakup masalah perintah, larangan dan lain sebagainya, yang kesemuanya ini terangkum dalam ilmu fiqih; lalu  aqidah atau tauhid; kemudian tasawuf dan terakhir sejarah (tarikh). Kedua sebagai dasar bagi keyakinan akan kebenaran Islam, atau sebagai syahadah (kesaksian, bukti) dari Allah Swt atas kedudukan Rosulullah Saw di sisi-Nya dan atas kebenaran semua yang di bawanya. Al-Qur'an menjadi semacam kesaksian Allah Swt bahwa Nabi Muhammad Saw adalah benar-benar rosul-Nya.

Kesaksian-kesaksian Allah Swt pada Nabi Muhammad Saw tersebut diantaranya: "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rosul dari kaummu sendiri, yang ikut merasakan beratnya penderitaanmu, yang sangat mendambakan (keimanan dan keselamatan) bagimu, serta yang sangat berbelas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin" (QS. at-Taubah: 138).

Dalam menugaskan Nabi Saw sebagai utusan, Allah Swt tidak sekedar memerintah, tetapi juga terlebih dahulu memperkenalkan dan menerangkan kedudukan 'sang utusan'. Mulai dari ciri-ciri fisik, karakter, kepribadian dan lain sebagainya, sebagaimana tergambar dalam ayat tersebut. Bukan sekedar memerintah, seperti kebiasaan kita memerintah. Tetapi Allah Ta'ala juga menguatkan kedudukan sang penerima perintah, sebagaimana telah disebutkan dalam al-Qur'an. Jadi, Allah Ta'ala yang menciptakan, menyaksikan, membuktikan kebesaran, keutamaan ciptaan-Nya. Untuk siapa kesaksian Allah Swt tersebut? Tentu untuk umat manusia. Supaya dengan mudah umat dapat menerima ajaran-ajaran yang dibawanya. Kita bisa mengatakan; jika yang Maha Menciptakan saja menyaksikan dan mengakui kebesaran beliau, maka sungguh keterlaluan jika kita, ciptaan-Nya, tidak mau menyaksikan kebesaran Nabi Saw.

Laqod jaa'akum rosuulun min anfusikum, (sungguh telah datang kepada kalian (manusia), rosul, seorang utusan). Utusan yang bagaimana? Dalam ayat tersebut Allah Ta'ala memberi penjelasan sekaligus penekanan dengan mengatakan min anfusikum, yakni dari jenis kalian sendiri, manusia. Meskipun manusia, namun sang Rosul jelas bukan manusia sembarangan. Beliau adalah manusia yang sangat luar biasa.

Lalu apa yang luar biasa atau keistimewaan apa yang dimiliki Rosulullah Saw? Ini terjawab dalam beberapa kalimat selanjutnya. Pertama 'aziizun 'alahi maa 'anittum, bisa merasakan atau mau ikut menanggung derita umat. Kedua, hariishun 'alaikum, memiliki rasa cinta dan harapan yang mendalam kepada umat. Dan ketiga, bil mu`miniina ro`uufur rohiim, memiliki rasa kasih sayang yang dalam pada kaum beriman.

Tiga sifat itulah yang kemudian menopang keberhasilan dakwah Baginda Nabi Saw. Tiga sifat itu juga yang seharusnya dimiliki seorang mubaligh yang ingin sukses dalam berdakwah. Bisa dibilang, keberhasilan seorang mubaligh sangat bergantung kepada seberapa besar rasa 'aziizun 'alaihi maa 'anittum' dalam dirinya. Karena itulah dasar pertama untuk bisa mengajak orang lain atau umat manusia kejalan Allah Swt. Seorang Mubaligh juga harus membawa misi hariishun 'alaikum, dan tentu saja harus memiliki sikap bil mu`miniia ro`uufur rohiim. Dampaknya, bila seorang mubaligh bisa membawa tiga hal ini dalam proses amar ma'ruf nahi munkar yang dilakukannya, maka dia tidak akan mendahulukan hawa nafsu. Perumpamaan bil mu`miniina ro`uufur rohiim sendiri bisa diibaratkan kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Kerasnya sikap orang tua terhadap anak bukan berarti kebencian atau kekejaman. Kerasnya orang tua terhadap anak, walaupun secara lahiriyah benar-benar terlihat keras, tapi didasari dengan rasa kasih sayang.

Seperti halnya orang tua yang menggandeng anaknya saat menyeberang jalan, dimana kendaraan hilir mudik tak beraturan. Apakah orang tua akan membiarkan anaknya berlarian begitu saja? Sekesal apapun suasana hatinya, orang tua pasti akan menarik tangan anaknya dengan keras. Mengapa? Sebab kalau anaknya dibiarkan lari, pasti tertabrak mobil, motor atau kendaraan lain yang hilir mudik di jalan. Tarikan keras yang dilakukan orang tua pada anaknya dalam kondisi seperti itu, bukan karena marah bukan pula karena dendam. Tapi karena rasa sayang. Kalau dendam atau marah karena kesal, tentu anaknya akan dibiarkan begitu saja, itu baru dendam. Misalnya, karena kesal pada seseorang yang sudah beberapa kali diingatkan namun tak juga menurut, akhirnya kita mangambil sikap masa bodoh: mau hidup atau mati terserah.

Sedangkan dalam kamus orang tua terhadap anak tidak ada istilah masa bodoh. Mengapa? Karena ada rasa sayang, sebagaimana yang diistilahkan dalam al-Qur'an dengan ungkapan bil mu`miniina ro`uufur rohiim. Ini sifat Rosul, yang tidak dimiliki oleh siapa pun secara sempurna. Namun jika kita memang sudah berniat melakukan amar ma'ruf nahi munkar, prinsip bil mu`miniina ro`uufur rohim, harus kita pegang betul. Sebab 'nahi munkar' dengan mendahulukan hawa nafsu mana mungkin akan berhasil. Sesaat mungkin dakwah tanpa sikap ro`uf dan rohim akan membuat orang takut. Namun percayalah bahwa itu hanya sesaat. Dalam kasus minuman keras, misalnya, tak jarang proses amar ma'ruf atas kasus ini dititik beratkan kemunkarannya, yakni hanya pada apa yang diminum, khamr (minuman keras) saja. Lalu minumannya dihancurkan, pabriknya dirobohkan. Apakah dengan memberantas minuman keras itu meraka pasti sembuh? Atau spontan dengan itu mereka akan sembuh? Sesaat, orang itu akan takut. Tak lama kebiasaan mabuk-mabukan kambuh lagi. Orangnya yang seharusnya Anda tuju, bukan minuman keras yang dihancurkan atau dihabisi. Bagaimana kita menyembuhkan si peminum, si pecandu itu, itulah tugas kita. Kalau kita tidak penuh kasih sayang dalam menanganinya, tidak mungkin mereka akan sembuh. Dan kalau kita mendahulukan hawa nafsu, mana mungkin mereka akan mengerti kalau disayangi. Ini pula yang banyak menyebabkan dakwah kita tidak berhasil.

Nah, Rosulullah Saw telah dididik betul-betul memiliki tiga sifat itu. Hal yang demikian membuahkan 'wa innaka la'alaa khuluqin 'azhiim', (sungguh engkau Muhammad memiliki pekerti yang sungguh mulia) (QS. al-Qolam: 4). Hadits, "Innamaa bu'itstu li utammima makaarimal akhlaaq" (Aku di utus untuk menyempurnakan budi pekerti dan akhlak yang baik), lebih memperkuat 'wa innaka la'alaa khuluqin 'azhiim, sempurnanya pekerti yang dimiliki oleh Rosulullah Saw.

Bersambung ...

Kesaksian Allah Swt Atas Risalah Dan Keistimewaan Nabi Mauhammad Saw (2)


Pondok Buku Kaligung

Kanal buku dan kitab Aswaja
Pondok Buku Kaligung
Pondok Buku Kaligung
Kanal buku dan kitab Aswaja

Kami menyediakan buku-buku dan kitab-kitab agama Islam Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja), serta buku -buku tentang sejarah, motivasi, prakarya, biografi, ke-NU-an dan lain-lain dari penerbit ternama, antara lain penerbit Menara Publisher, Salima Publika, Bina Aswaja, Khalista, Muara Progresif, Mutiara Ilmu, Putera Bumi, Remaja Rosdakarya, Gema Insani Press, Zahida Pustaka, Diva Press, Lirboyo, Mutiara Ilmu, Risalah Gusti, Pustaka Zawiyah, Pustaka Hikmah Perdana, As Sofwah, Khalista, Khatulistiwa, Turos, Pustaka Pesantren, Menara Kudus, Karya Toha Putra, Pustaka Alawiyah, Hidayah, Bunyan dan lain sebagainya.

Selamat Membaca!

-------
Untuk pemesanan, silahkan hubungi kami di:

  • 085742628035 (Telepon/SMS/Whatsapp)
  • Pin BBM 74DD2693
  • Atau lewat kotak pesan yang tersedia di bagian bawah blog ini.

*) Untuk stok barang, bisa ditanyakan dulu kepada kami.

Terima kasih