NU versus Wahabi

nu versus wahabi, salafi, madura
NU versus Wahabi
NU versus Wahabi

Menghadang Misi Salafi di Pulau Madura

Oleh : Muhammad Syafiq Alaydrus dan A. Qusyairi Ismail
Penerbit : Bina Aswaja
Tebal : 111 hal., 12,5 x 17 cm
ISBN : 978-602-17207-2-1
Cetakan Pertama

Deskripsi

Dewasa ini umat Islam di Indonesia menghadapi tantangan yang bervariasi. Tantangan tersebut tidak hanya datang dari Barat dan musuh-musuh Islam, akan tetapi tantangan yang datang dari umat Islam sendiri, terutama berkaitan dengan merebaknya berbagai aliran yang menyimpang dari ajaran Islam yang murni, Islam yang telah diajarkan oleh para sahabat, para ulama salaf yang saleh...

Tantangan tersebut menjelma dalam banyak aliran yang berkembang dan merebak pada masa-masa belakangan ini, diantaranya yang cukup meresahkan adalah aliran wahabi yang terkesan selalu menebar kebencian diantara kaum muslimin...
.: Habib Zain bin Hasan Baharun :.
Pengasuh PP DALWA Raci Bangil Pasuruan

Saat ini, serangan model seperti itu sudah mulai masuk ke pedesaan-pedesaan. Tidak sedikit buku-buku mereka beredar di tengah-tengah masyarakat pedesaan, bahkan terkadang dibagikan secara cuma-cuma dengan tampilan yang lux dan kemasan yang meyakinkan. Dan rupanya cara mereka ini sudah bisa dikatakan berhasil, sebab tidak sedikit dari masyarakat pedesaan yang tertarik dengan keyakinan yang mereka tawarkan itu, sehingga akidah yang sejak lama dianutnya sedikit demi sedikit tergerus dan lama-lama bisa habis sama sekali...
.: KH. Abd Adzim Kholili :.
Pengasuh PP Kepang Bangkalan

Kini pulau Madura yang memiliki tradisi Ahlusunah Waljamaah yang sangat kental pun tak luput dari propaganda mereka. Buku "Panduan Islam Dalam Logika" yang ditulis oleh seorang berinisial alfa-SA ternyata cukup meresahkan khususnya terhadap masyarakat Madura. Dalam bukunya tersebut, penulis secara sadar telah membuka lebar-lebar pintu berijtihad bagi setiap muslim melalui propaganda anti madzhabnya. Meski sebenarnya argumen yang disampaikan sangat rapuh secara ilmiah, namun jika tidak segera ditanggapi tak menutup kemungkinan akan mengikis ajaran Ahlusunah Waljamaah yang telah ditanamkan oleh Syaikhona Moch. Cholil bin Abdul Lathif di pulau ini. Beruntung masuh ada beberapa kader muda Ahlusunah Waljamaah yang memiliki kepedulian tinggi terhadap masalah akidah. Sehingga, lahirlah buku kecil di tangan pembaca ini.
.: KH. Zubair Muntashar :.
Pengasuh PP Nurul Kholil Demangan Bangkalan

Selamat Membaca!

-------
Info hubungi:
085742628035
Tlp/SMS/WA

Terima Kasih

Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari (2)

Nahdlatul Ulama
Lanjutan dari bag. ke-1

Metode Dakwah

Dalam mengajak umat manusia menuju jalan yang diridhai Allah SWT, KH. Hasyim Asy’ari menggunakan metode dakwah yang diajarkan oleh Rosulullah SAW dan termaktub dalam kitab suci al-Qur’an (QS. An-Nahl : 125). Pertama, dengan jalan bil Hikmah, artinya berusaha menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai dengan perkembangan zaman dan tempatnya serta tidak bertentangan dengan ketentuan Allah SWT. Kedua, dengan metode Mau’idhatul Hasanah, yakni melalui ungkapan-ungkapan yang mengandung bimbingan, pengasuhan, pendidikan dan keteladanan, sehingga pesan-pesan yang disampaikan bias digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan. Ketiga, dengan jalan al-Mujadalah billati Hiya Ahsan, yakni; dilakukan dengan dialog dan diskusi yang argumentatif dan penuh dengan kesopanan, serta disesuaikan dengan kadar tingkatan pemahaman obyek dakwah yang dihadapi. (Khoirul Huda Basyir ; 2008).

Selain berdakwah didalam Pesantren, KH. Hasyim Asy’ari juga berdakwah diluar pesantren seperti keaktifannya di sebuah organisasi, misalnya keaktifan beliau dalam organisasi Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan Para Pedangan) yang didirikan pada tahun 1918. Atau beliau juga berinteraksi langsung dengan masyarakat. Salah satu preman yang diinsyafkan dengan sifat arif dan kedermawanan KH. Hasyim Asy’ari melalui dakwahnya adalah Marto Lemu.

KH. Hasyim Asy’ari merupakan sosok ulama yang dermawan. Saking dermawannya, jika ada santri yang sakit dan diketahuinya, maka beliau akan membiayai semua pengobatannya hingga sembuh tanpa meminta ganti rugi sepeserpun.

KH. Hasyim Asy’ari sangat arif dalam menghadapi suatu permasalahan. Beliau tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, namun beliau juga tidak tinggal diam jika kezaliman merajalela. Kedua konsep ini diamalkan KH. Hasyim Asy’ari sesuai dengan proporsinya.
Ketika Pesantren Tebuireng menghadapi tantangan dari orang-orang jahat yang tidak suka dengan keberadaan dakwah yang sedang dikembangkan oleh KH. Hasyim Asy’ari, beliau tidak tinggal diam. Sebab, santri-santri beliau sering terkena teror. Bahkan pesantrennya pernah didatangi oleh preman sambil membawa senjata. Sehingga, kejadian ini menjadi sebuah tantangan tersendiri yang harus segera diambil solusinya.

Akhirnya untuk mengatasi problem ini, KH. Hasyim Asy’ari menyuruh beberapa santrinya untuk pergi ke Cirebon, Jawa Barat guna menemui para kiai yang ahli pencak silat agar berkenan mengajari ilmu beladiri kepada santri Tebuireng untuk menghadapi tantangan preman dan penjahat yang mengganggu kesinambungan dakwah KH. Hasyim Asy’ari di Pesantren Tebuireng. Kiai-kiai yang diundang ke Pesantren Tebuireng adalah Kiai Sholeh Benda, Kiai Abdullah Pangulangan, Kiai Syamsuri Wanalala dan Kiai Abdul Jamil Buntet. Setelah murid-murid KH. Hasyim Asy’ari sudah bisa ilmu bela diri, teror yang dilancarkan oleh para penjahat dan preman Tebuireng bisa diminimalisir.

Meslipun teror telah mampu diminimalisir, namun upaya untuk menghentikan dakwah KH. Hasyim Asy’ari tidak berhenti sampai disitu. Mereka membuat cara lain dengan melempar fitnah yang disusupkan di Pesantren Tebuireng. Dari fitnah ini, pemerintah Belanda mendatangi KH. Hasyim Asy’ari dan memberikan konsekuensi yang memojokkan beliau dan santri-santrinya. Dampak dari fitnah ini menyebabakan Pesantren Tebuireng dibakar para preman yang tergabung dari beberapa daerah dan mendapat dukungan dari pemerintah Belanda. Namun dengan penuh kesabaran, KH. Hasyim Asy’ari tidak membalas kejahatan itu dengan kejahatan pula. Akhirnya, Pesantren Tebuireng dibangun kembali oleh KH. Hasyim Asy’ari dengan para santrinya.

Dalam mengahadapi orang diluar Islam, KH. Hasyim Asy’ari berdiskusi dengan baik dan santun jika mereka mengajak berdiskusi. Beliau pernah berdiskusi dengan Karl von Smith, seorang berkebangsaan Jerman yang bekerja untuk kepentingan pemerintah Belanda. Setelah banyak berdiskusi dengan KH. Hasyim Asy’ari, Karl von Smith ini argumennya terkalahkan. Akhirnya, Karl von Smith memeluk agama Islam atas jasa KH. Hasyim Asy’ari.

Fiqhu ad-Dakwah (guidance and counseling) atau Fiqih Sosial selalu ditanamkan KH. Hasyim Asy’ari untuk menghadapi subyek yang masuk kategori umat dakwah. Pernah suatu ketika, KH. Hasyim Asy’ari menerima tamu orang Belanda, yaitu Ch. O. Van der Plas yang membawa anjing di Pesantren Tebuireng. Namun, karena Fiqih Sosialnya yang tinggi, KH. Hasyim Asy’ari tidak melarangnya.

Rois Akbar Nahdlatul Ulama’

Sebelum Nahdlatul Ulama lahir, terlebih dahulu ada beberapa  organisasi atau sebuah perkumpulan yang menjadi cikal bakalnya. Seperti lahirnya Taswirul Afkar (Potret Pemikiran) yang didirikan pada tahun 1914, Nahdlatut Wathon (Kebangkitan Tanah Air) yang didirikan pada tahun 1916, dan Komite Hijaz (1925). Perkumpulan-perkumpulan ini tidak bisa lepas dari idenya KH. Wahab Hasbullah yang dikenal sebagai penggerak lahirnya Nahdlatul Ulama.

Ketika KH. Wahab Hasbullah mengungkapkan keinginannya kepada KH. Hasyim Asy’ari untuk mendirikan sebuah organisasi keagamaan, KH. Hasyim Asy’ari tidak langsung mengiyakan. Akan tetapi, KH. Hasyim Asy’ari berfikir dengan sedalam-dalamnya karena beliau takut akan memecah belah umat Islam yang ada di Indonesia. Sebab di waktu itu, di Indonesia sudah ada organisasi keislaman seperti SI (Sarekat Islam) yang didirikan oleh HOS. Cokroaminoto, al-Irsyad yang didirikan oleh Ahmad Surkati dan Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan. Selain organisasi keagamaan ini, juga sudah ada organisasi “Budi Utomo”. Kebanyakan orang yang berada di dalam tubuh Budi Utomo adalah beragama Islam, namun arus pemikirannya bersifat nasionalis (priyayi).

KH. Wahab Hasbullah terus meyakinkan kepada KH. Hasyim Asy’ari akan pentingnya sebuah organisasi keagamaan yang nantinya akan dikendarai oleh kiai-kiai pesantren yang notabene mengamalkan Islam dengan menganut salah satu madzhab empat, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal. Pasalnya, organisasi milik Islam Modernis seperti SI, Muhammadiyah dan al-Irsyad itu kebanyakan menyuarakan agar umat Islam tidak bertaklid kepada salah satu madzhab empat. Mereka juga sering mengkritik sebagian amalan yang dikerjakan oleh kelompok Islam Tradisionalis.

Pada tahun 1922 M telah terjadi diskusi ilmiah antara tokoh Islam Modernis dan tokoh Islam Tradisionalis yang tergabung di dalam Kongres al-Islam yang di adakan di Cirebon, Jawa Barat dengan pimpinan HOS. Cokroaminoto yang dibantu oleh H. Agus Salim. Perdebatan ini berlangsung dari tanggal 31 Oktober hingga 2 November 1922 M. Kelompok Islam Modernis diwakili oleh organisasi Muhammadiyah dan al-Irsyad dengan juru bicaranya KH. Ahmad Dahlan dan Syekh Ahmad Surkati. Sedangkan untuk kelompok Islam Tradisionalis diwakili oleh klan pesantren dengan juru bicaranya KH. Wahab Hasbullah dan KH. Raden Asnawi Kudus. Islam modernis menuduh Islam Tradisionalis sebagai biang keladi atas kemunduran Islam sebab mengamalkan Islam dengan memakai metode madzhab tertentu. Sedangkan kelompok Islam Tradisionalis menuding kelompok Islam Modernis ingin membuat madzhab baru dengan menafsirkan al-Qur’an dengan semau mereka sendiri. Diskusi ini berlangsung dengan sengit dan tidak bias menyatukan kedua kubu.

Meskipun Islam Tradisionalis sering dipojokkan oleh Islam Modernis yang sudah mempunyai jam’iyyah yang matang dan terorganisir, namun KH. Hasyim Asy’ari masih belum mau tergesa-gesa dalam menentukan keputusannya untuk mendirikan sebuah organisasi keagamaan. Beliau selalu meminta petunjuk kepada Allah SWT agar diberikan jalan yang terbaik atas semua ini. Shalat Istikharah selalu dikerjakannya agar Allah SWT menurunkan petunjuk-Nya untuk menghilangkan masalah rumit yang menerpanya.

Keresahan yang dihadapi oleh KH. Hasyim Asy’ari telah dirasakan oleh gurunya, Syaikhona Kholil Bangkalan yang terkenal dengan kewaskitaannya. Syaikhona Kholil tidak tinggal diam atas masalah yang menerpa santri-santrinya, terlebih KH. Hasyim Asy’ari. Akhirnya, Syaikhona Kholil menyuruh salah satu santrinya yang bernama KH. As'ad Syamsul Arifin untuk mengantarkan tongkat dan membacakan surat Thoha ayat 17-23 kepada KH. Hasyim Asy’ari sebagai isyarat bahwa beliau meridhai keinginan KH. Hasyim Asy’ari untuk mendirikan sebuah organisasi keagamaan. Dalam al-Qur’an surat Thoha Allah SWT berfirman, yang artinya kurang lebih demikian:

Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? Berkatalah Musa: “Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya,” Allah berfirman: “Lemparkanlah ia, wahai Musa!” Lalu dilemparkannya tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.” Allah berfirman: “Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaan semula, dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia keluar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain (pula), untuk Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang besar.” (QS. Thoha : 17-23).

Meskipun sudah mendapatkan petunjuk lewat Syaikhona Kholil Bangkalan berupa tongkat dan bacaan surat Thoha ayat 17-23, KH. Hasyim Asy’ari tak kunjung mendirikan organisasi yang diusulkan oleh KH. Wahab Hasbullah. KH. Hasyim Asy’ari sudah menagkap isyarat lampu hijau bahwa jam’iyyah yang hendak didirikan itu telah mendapat restu dari gurunya. Berkat petunjuk Allah SWT lewat perantara Syaikhona Kholil, beliau dan para kiai lain, terlebih KH. Wahab Hasbullah semakin mantap dan konsepnya pun semakin dimatangkan oleh KH. Wahab Hasbullah selaku  motor organisasi. Akan tetapi, dalam masalah ini, KH. Hasyim Asy’ari masih belum berani mengetuk palu untuk mengiyakan sepenuhnya. Beliau sangat berhati-hati dalam memutuskan suatu perkara. Terlebih hal ini ada kaitannya dengan persatuan umat Islam. Beliau selalu mengerjakan sholat Istikharoh agar diberikan petunjuk yang terbaik dari Allah SWT.

Karena KH. Hasyim Asy’ari tidak segera merespon makna sepenuhnya dari pesan yang diberikan oleh Syaikhona Kholil, akhirnya Syaikhona Kholil menyuruh kembali KH. As’ad Syamsul Arifin untuk mengantarkan pesan kedua yang mengandung isyarat keridhaannya kepada KH. Hasyim Asy’ari dalam mendirikan organisasi keagamaan sebagaimana isyarat yang pertama. Pesan itu berupa tasbih dan perintah agar KH. Hasyim Asy’ari mengamalkan asma’ ya Qohhar dan ya Jabbar. Kedua Asma Allah ini memiliki arti hampir sama. Qohhar berarti Maha Memaksa (kehendak-Nya pasti terjadi, tidak bias dihalang-halangi oleh siapapun) dan Jabbar kurang lebih memiliki arti yang sama, akan tetapi sebagian ada orang yang mengartikan Jabbar dengan Maha Perkasa (tidak bisa  dihalangi / dikalahkan oleh siapapun).

Dengan adanya isyarat kedua dari gurunya, KH. Hasyim Asy’ari menjadi semakin mantap untuk mendirikan organisasi keagamaan yang diusulkan oleh KH. Wahab Hasbullah. Namun, KH. Hasyim Asy’ari masih sangat berhati-hati dan semakin mematangkan konsepnya. Hingga akhirnya Syaikhona Kholil wafat pada 29 Ramadhan 1343 H (1925 M), organisasi keagamaan ini belum kunjung didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari.

Sebelum tahun wafatnya Syaikhona Kholil, tepatnya pada tahun 1924 telah terjadi peristiwa yang menggemparkan umat Islam di belahan dunia. Yaitu, peristiwa jatuhnya Syarief Husein yang digulingkan oleh Abdul Aziz bin Sa’ud yang merupakan pengikut aliran Wahhabi yang didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab.

Dengan jatuhnya Syarief Husein, hal ini membuat kekhawatiran bagi umat Islam yang beraliran Sunni. Sebab, kaum Wahhabi ini sangat anti madzhab dan gencar memberantas system bermadzhab. Wahhabi berbeda dengan Sunni yang menyuruh umat Islam untuk mengikuti salah satu madzhab empat dengan alasan supaya didalam memahami hukum Islam tidak terjadi kesalahan yang fatal.
Disamping itu, keresahan umat Islam yang beraliran Sunni juga semakin bertambah dengan jatuhnya Hijaz ke tangan Wahhabi. Pasalnya dengan dalih ingin mengembalikan umat Islam kepada al-Qur’an dan as-Sunnah, mereka sangat bernafsu menghilangkan tawassul, tabarruk, maulid dan lain sebagainya. Bahkan, ada wacana kalau amalan-amalan ini nantinya akan dilarang di tanah Hijaz yang menjadi kekuasaan Raja Ibnu Sa’ud.

Untuk melebarkan sayap pengaruhnya hingga ke negara-negara muslim lainnya, pada Juni 1926, Ibnu Sa’ud berencana menyelenggarakan Muktamar Khilafah sedunia yang bertempat di kota suci Mekkah yang bertujuan sebagai penerus khilafah yang terputus. Negara Indonesia termasuk salah satu negara yang mendapat kehormatan untuk menghadirinya.

Utusan resmi dari Negara Indonesia yang akan dikirim untuk menghadiri Muktamar Khilafah di kota suci Mekkah adalah HOS. Cokroaminoto (Sarekat Islam) dan KH. Mas Mansur (Muhammadiyah). Kedua tokoh ini akan disertai oleh H. Abdul Karim Amrullah (utusan dari Persatuan Guru Agama Islam), H. Abdullah Ahmad (pendiri Sekolah Adabiyah dari Sumatera Barat) dan H. M. Soeja’. Semua anggota ini berangkat atas nama organisasi CCC (Central Comite Chilafah) yang anggotanya terdiri dari beberapa organisasi resmi.

Mulanya, KH. Wahab Hasbullah ikut daftar yang akan mewakili pesantren, namun akhirnya namanya dicoret karena alasan tidak mewakili organisasi resmi. Kejadian ini menjadi pukulan berat bagi golongan Islam Tradisionalis. Akhirnya, atas restu KH. Hasyim Asy’ari dibentuklah Komite Hijaz sebelum bulan Januari 1926.

Bersambung ke bagian 3.

Dikutip dari buku The Founding Father's Of Nahdlatoel Oelama'



Meluruskan Dokrin MTA

kritik atas dakwah mta, akidah
Meluruskan Doktrin MTA
Meluruskan Doktrin MTA

Kritik atas Dakwah Majelis Tafsir Al-Qur'an di Solo

Oleh : Nur Hidayat Muhammad
Penerbit : Muara Progresif
Ukuran : 13 x 19 cm, 206 hal.
ISBN : 978-602-17206-0-8
Cetakan Pertama

Deskripsi

Buku ini berisi bantahan fatwa-fatwa MTA yang menggugat amaliyah warga Nahdliyyin, serta jawaban atas komentar Ustadz Ahmad Sukina, Pimpinan MTA, yang disiarkan via Radio MTA FM dan media internet.

Majelis Tafsir Al-Qur'an (MTA) yang berpusat di Solo, Jawa Tengah, dan sudah berkembang di kota-kota lain termasuk di kota Pontianak Kalbar, dengan slogannya "Ngaji Al-Qur'an Sak Maknane", dalam perjalanan dakwahnya sudah dianggap keluar dari batas kewajaran atau keterlaluan. Dakwahnya kerap diiringi dengan tuduhan-tuduhan bahwa amaliyah Nahdliyyin, seperti tahlilan, yasinan, adzan dan iqomah di telinga bayi yang baru lahir dan lain-lain adalah perbuatan bid'ah, syirik dan menyesatkan. Dengan tuduhan dan vonis ekstrim yang khusus ditujukan kepada warga Nahdliyyin tersebut, baik melalui radio atau televisi sangat berpotensi memicu gesekan dan gerakan anarkisme antar sesama yang dapat merongrong persatuan umat Islam di Indonesia.

Buku Meluruskan Doktrin MTA yang ditulis oleh Nur Hidayat Muhammad ini, berisi jawaban ilmiah untuk meluruskan doktrin dan fatwa-fatwa MTA yang dianggap keluar dari faham yang diusung dan disepakati oleh ulama Ahlussunnah Waljama'ah (aswaja). Penulis buku ini mencoba memberikan jawaban berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah serta ijtihad para ulama dengan pendekatan yang lebih halus sebagai titah menjalankan amar ma'ruf nahi munkar dan nasehat kepada sesama muslim.

Selamat Membaca!

-------
Info hubungi:
085742628035
Tlp/SMS/WA

Terima Kasih


Hikmah Dalam Humor Kisah Dan Pepatah

kisah dan pepatah, abdul aziz salim basyarahil
Hikmah Dalam Humor
Kisah dan Pepatah
Hikmah Dalam Humor Kisah Dan Pepatah

Jilid 1-6

Oleh : Abdul Aziz Salim Basyarahil
Penerbit : GIP
Tebal : 404 hlm. ; 17 cm
ISBN : 979-561-050-3
Cetakan ke-7, Jumadil Awwal 1426 H / Juni 2005 M

Deskripsi

Buku berbentuk buku saku ini berisi butir-butir mutiara hikmah yang tertera dalam kisah, pepatah, dan humor. Di petik dan di himpun dari beberapa buku dan catatan pengalaman yang berupa ucapan dan riwayat para sahabat Nabi Saw, para ulama, dan hukama (cendekiawan yang bijak).

Buku saku ini sarat dengan bimbingan dan ajaran islami yang patut diketahui, dipahami, serta di amalkan oleh setiap orang, khususnya yang muslim. Di dalam buku ini tercantum beberapa kisah humor dan data-data ilmiyah. Insya Allah dapat menyegarkan hasrat dan minat baca.

Bagi pembaca setia buku Hikmah dalam Humor, Kisah, dan Pepatah, Jilid 1-6, oleh penerbit format buku-buku tersebut sekarang menjadi satu buku yang lebih eksklusif dan menarik. Hal ini juga bermaksud agar buku ini sebagai pilihan lain dari pembaca jika sulit mendapatkan buku yang berjilid dan lebih mempermudah mengoleksinya. Insya Allah buku ini dapat berguna sebagai penambah pengetahuan dan bahan renungan.

Dengan buku ini Anda kembali diajak untuk tersenyum, terharu, dan bertafakur dalam memaknai dan menghayati kehidupan ini.

Selamat Membaca!

-------
Info hubungi:
085742628035
Tlp/SMS/WA

Terima Kasih

Kumpulan Hadits Pilihan

kumpulan hadits pilihan, ha basith as
Kumpulan Hadits Pilihan
Kumpulan Hadits Pilihan

Iman, Islam dan  Etika

Oleh: H. A. BASITH AS
Penerbit: Muara Progresif
Tebal: vi + 41 hal.
Ukuran: 14,5 x 21 cm
ISBN: 978-602-14738-0-1
Cetakan I, April 2014

Deskripsi

Buku ini berisi kumpulan hadits-hadits Nabi Saw, yang disusun berdasarkan kategori / tema yang terkandung dalam hadits. Adapun hadits-hadits yang disusun dalam buku ini adalah: Pertama, Iman. Kedua, Islam dan ketiga, Etika atau akhlak. Penyusunan yang sedemikian rupa diharapkan bisa bermanfaat dan dapat membantu para ustadz / guru agama / guru madrasah di dalam mengajarkan Hadits Nabi Saw yang merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an.

Oleh karenanya, buku ini juga sangat penting untuk dimiliki dan dibaca oleh anak-anak Sekolah dan Madrasah guna menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang agama Islam. Mengingat saat ini gempuran buku-buku  yang berisi hadits palsu sudah banyak beredar di sekitar kita. Jadi, tidak ada jalan lain selain kita membentengi putra-putri kita dengan ilmu agama serta bacaan-bacaan yang baik bagi mereka. Salah satu buku bacaan yang baik adalah buku yang saat ini sedang Anda baca.

Selamat Membaca!

-------
Info hubungi:
085742628035
Tlp/SMS/WA

Terima Kasih

Amaliyah Nahdliyah

amaliah nahdliyah, kh marzuqi mustamar, nu, aswaja
Amaliah Nahdliyah
Dalil-Dalil Praktis Amaliyah Nahdliyah

Ayat dan Hadits Pilihan Seputar Amaliyah Warga NU

Oleh: KH. Marzuqi Mustamar
Penerbit: Muara Progresif
Ukuran: 14,5 x 21 cm, xi + 230 hlm.
ISBN: 978-602-17206-9-1
Cetakan ke-2, Oktober 2014

Deskripsi

Keraguan dalam agama adalah musibah terbesar dalam hidup. Ironisnya musibah ini belakangan kerap melanda umat Islam di negeri ini, khususnya warga Nahdlatul Ulama. Salah satu penyebabnya adalah merebaknya beberapa firqah atau kelompok yang terus saja menggugat keabsahan amaliah warga NU.

Akibatnya, umat menjadi bingung. Masyarakat awam yang ilmunya terbatas dan lemah daalam berargumentasi sangat membutuhkan pencerahan. Karena itu, upaya untuk meringankan atau bahkan menghindarkan umat dari musibah besar ini sangat dibutuhkan. Salah satunya dilakukan dengan menghimpun dalil-dalil pilihan ini, yang terdiri dari beberapa ayat al-Qur'an, Hadits dan pendapat para Ulama.

Buku ini merupakan kebutuhan primer sebagai bekal menghadapi "propaganda" yang menggoyahkan keyakinan terhadap amaliah dan akidah Ahlussunnah Waljama'ah an-Nahdliyah. Dilengkapi pula dengan karya Hadratus Syaikh Muhammad Hasyim Asy'ari, yakni Muqaddimah Qanun Asasi dan Mukhtashar Risalah Ahlussunnah Waljamaah.

Selamat membaca!

-------
Info hubungi:
085742628035
Tlp/SMS/WA

Terima Kasih

Solusi Hukum Islam

solusi hukum islam, kh marzuqi mustamar, nu, aswaja, dalil
Solusi Hukum Islam
Solusi Hukum Islam

Bersama Kiai Marzuqi Mustamar
(Buku Pertama)

Oleh: KH. Marzuqi Mustamar
Penerbit: Muara Progresif
Ukuran: 14.5 x 21 cm, xvi + 267 hal.
ISBN: 978-602-14738-4-9
Cetakan ke-1, September 2014

Deskripsi

Kesadaran dan kebutuhan umat terhadap ilmu agama, utamanya yang berkaitan dengan hukum Islam dirasa semakin meningkat. Namun, sebagian besar umat Islam belum  bisa memahami hukum Islam dari sumber aslinya (al-Qur'an dan Hadits), maupun dari kitab-kitab yang ditulis oleh para Ulama.

Banyaknya permasalahan hukum Islam yang balum dipahami umat Islam mendorong mereka untuk bertanya kepada para Ulama. Salah satunya melalui rubrik Tanya Jawab Hukum Islam yang dimuat dalam Tabloid Media Ummat yang diasuh oleh KH. Marzuqi Mustamar. Sejak pertama kali dibuka, rubrik Tanya Jawab Hukum Islam selalu dibanjiri pertanyaan pembaca.

Dengan demikian, jawaban-jawaban atas pertanyaan hukum Islam itu sangat dinanti umat dan menjadi rujukan mereka dalam menghadapi permasalahan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. Kehadiran buku ini diharapkan menjadi rujukan dan jawaban ketika menemukan permasalahan hukum Islam. Di antaranya tentang akidah, al-Qur'an, shalat, zakat, puasa, pernikahan, cinta dan rumah tangga, bayi dan anak, aqiqah dan qurban, jenazah dan pemakaman, nadzar, masjid, transaksi ekonomi dan rezeki, amaliah, ibadah dan tradisi, jimat, rajah dan sejenisnya, serta ragam problematika sosial lainnya.

Selamat membaca.

-------
Info hubungi:
085742628035
Tlp/SMS/WA

Terima Kasih

Hujjah NU

hujjah nu, akidah amaliyah tradisi
HUJJAH NU
Hujjah NU

Akidah-Amaliyah-Tradisi

Oleh: KH. Muhyiddin Abdusshomad
Penerbit: Khalista
Tebal: xii + 124 hlm.
ISBN: 979-1353-06-9
Cetakan IV, Pebruari 2010

Deskripsi

Dewasa ini norma-norma agama banyak tergerus oleh arus modernisasi. Bersamaan dengan itu orientasi dan pola kehidupan masyarakat juga berubah. Masyarakat akhirnya terjebak dalam jurang yang dipenuhi oleh nafsu duniawi. Namun lambat laun manusia sadar, dunia tak memberinya ketenangan. Yang ada adalah kegelisahan demi kegelisahan yang setiap saat merajam kehidupannya.

Dari sinilah muncul kesadaran bahkan gerakan untuk kembali kepada nilai, norma, serta tradisi agung dan luhur, yang selalu mengedepankan kebersamaan, persaudaraan, kebersahajaan serta kedamaian. Kita semakin paham betapa pentingnya majelis dzikir, ratib haddad, tahlilan, istighatsah dan yasinan sebagai media pendekatan diri kepada Allah SWT dan penentram jiwa sekaligus ajang silaturahim.

Buku Hujjah NU yang menguraikan akidah, amaliyah dan tradisi kaum Nahdliyyin ini, menyadarkan kita bahwa sebetulnya Umat Islam di Indonesia sudah mendapatkan referensi sekaligus justifikasi atas model 'perjumpaan' antara tradisi dan ajaran Islam dalam bentuk dalili-dalil yang sudah disepakati Ulama ahlussunnah waljamaah, sebagai mayoritas muslim di Indonesia dan dunia. Sebagai sarana dakwah, buku ini sangat efektif dalam memberikan pemahaman yang memadai terhadap hal-hal yang selama ini 'disalahpahami' oleh sebagian kalangan. Buku ini tidak saja membahas masalah fikih an sich, tapi juga membahas tentang rumusan dan pengertian aswaja (ahlussunnah waljamaah), peranan Walisongo dan hal-hal lain yang lebih elementer seperti sistem bermadzhab yang dianut kalangan Nahdliyyin.[]


Selamat Membaca!

-------
Info hubungi:
085742628035
Tlp/SMS/WA

Terima Kasih

Lebih Dalam Tentang NU

lebih dalam tentang nu, kh hasyim asyari
Lebih Dalam Tentang NU
Lebih Dalam Tentang NU

Telaah Tentang Amaliyah Nahdliyin Serta Menyingkap Fatwa, Manhaj dan Ideologi Ulama dan Tokoh Salafi-Wahabi

Oleh: Nurhidayat Muhammad
Penerbit: Bina Aswaja
Tebal: xii + 111 hlm.
ISBN: 978-602-17207-0-7
Cetakan Pertama, Muharrom 1434 H/ Desember 2012

Deskripsi

Ditulisnya buku ini bukan untuk memupuk perselisihan antara NU dengan yang lain, tetapi kehadirannya diharapkan mampu tampil sebagai informasi yang akurat dan ilmiah bahwa NU adalah organisasi yang berhaluan Ahlussunnah wal Jama'ah dan hadir lebih moderat sebagai rahmat bagi segenap alam, Insya Allah.

Dalam buku ini, kami tidak akan pernah memunculkan stigma kafir atau musyrik kepada sekte Salafi-Wahabi atau yang semisal dengan mereka, meski mereka melakukan sebaliknya. Kami mencoba berbaik sangka bahwa mereka melakukan semua itu adalah karena rasa cintanya kepada Islam dan demi tegaknya syariat Islam.

Tetapi nasehat, peringatan dan amar ma'ruf nahi munkar kepada sesama muslim harus ditegakkan, termasuk kepada mereka yang gemar mengkafirkan dan tidak menoleransi khilafiyah dalam masalah-masalah furu' dan lain-lain.

Selamat Membaca!

-------
Info hubungi:
085742628035
Tlp/SMS/WA

Terima Kasih

Menguak Dunia Dengan Membaca

menguak dunia dengan membaca
Menguak Dunia dengan Membaca
Menguak Dunia Dengan Membaca

Khazanah Pesantren

Oleh: Imron Rosidi, Muhammad Fajar al-Sundawy
Penerbit: Bina Aswaja
Tebal: 200 hlm.
ISBN: 978-602-17207-4-5
Cetakan Pertama, Jumadil Ula 1434 H

Deskripsi

Tempat teragung di dunia ini memang pelana kuda para pahlawan...
Tapi, teman terbaik dalam setiap waktu adalah lembaran buku...
- Abu Thayyib al-Mutanabbi -
(Pujangga Muslim Klasik)

Seorang tokoh Yahudi pernah mengatakan: "Kami tak akan pernah takut lagi kepada sebuah umat karena mereka bukan umat yang gemar membaca." Dari pendapat tersebut jelslah bahwa senjata utama orang Yahudi adalah membaca yang sebenarnya hal ini merupakan kewajiban umat Islam. Bahkan, ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah iqro' (bacalah).

Di era sekarang, ilmu pengetahuan adalah cara paling efektif dan menjadi sumber utama dalam menguak isi dunia. Kita tidak boleh malas dalam membaca, terutama bagi seorang guru. Kemalasan akan menjadi sumber kemerosotan. Kemalasan akan membuat kita terjajah oleh kemajuan zaman. Hal ini tidak boleh terjadi. Justru kemajuan inilah yang harus dikuasai.

Di dalam buku ini, penulis mencoba untuk menawarkan konsep bagaimana seseorang agar menyukai aktivitas membaca dan bisa mengetahui tentang pentingnya membaca itu sendiri. Membaca merupakan gerbang untuk mencapai ilmu pengetahuan. Membaca merupakan warisan ulama yang paling mahal harganya. Tiada satu pun terlahir dari seorang ulama, cendekiawan Muslim, ataupun tokoh-tokoh dunia yang melupakan pentingnya aktivitas membaca. Dari pengetahuan yang dihasilkan dari membaca inilah kita bisa menjalani kehidupan lebih arif, bijaksana, bermakna, makmur, damai, dan tentunya menuntun kita untuk lebih hati-hati dalam menjalani hidup.

Selamat Membaca!

-------
Info hubungi:
085742628035
Tlp/SMS/WA

Terima Kasih

Dahsyatnya Shalawat Nabi

kumpulan shalawat nabi
Dahsyatnya Shalawat Nabi
Dahsyatnya Shalawat Nabi

Menyingkap Rahasia Kekuatan 40 Shalawat Nabi, Melenyapkan Berbagai Kesulitan Hidup

Oleh: Abiza el-Rinaldi
Penerbit: Zahida Pustaka
Tebal: xii + 140 hlm.
ISBN: 978-602-96691-1-4
Cetakan Pertama, April 2013

Deskripsi

Dahsyatnya Shalawat Nabi
"Shalawat adalah bukti nyata adanya cinta, saksi bisu atas kesetiaan untuk mengikuti Nabi, bukti kebaikan dan jalan menuju keberuntungan."
- Dr. A'id al-Qarni -

Begitu agung dan mulia Shalawat Nabi hingga Allah dan para Malaikat turut bershalawat kepada Rasulullah SAW. Shalawat merupakan bukti cinta tak terbantahkan dari seorang Mukmin kepada Rasulullah SAW. Jika Anda mencintai Rasulullah, maka bershalawat adalah cara paling utama untuk menyampaikan cinta Anda kepada Beliau.
Di sisi lain, Shalawat adalah media bagi setiap Mukmin dalam menyampaikan keluh kesah dan harapannya kepada Allah dengan bertawassul kepada Nabi SAW. Atas izin Allah, dengan bershalawat berbagai kesulitan hidup akan teratasi, bahkan dapat dilenyapkan, dan berbagai harapan akan terwujud.

Shalawat adalah amalan yang sangat dahsyat. Orang yang mengamalkannya tidak hanya memperoleh cinta dari Baginda Nabi SAW yang akan membuat kehidupan akhiratnya menjadi bahagia, namun juga akan memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dengan lenyapnya berbagai kesulitan hidup dan tercapainya berbagai hajat.

Buku ini menyingkap rahasia kedahsyatan 40 Shalawat Nabi dalam melenyapkan berbagai kesulitan hidup. Anda layak memilikinya karena di dalamnya akan Anda temukan begitu banyak jalan keluar saat Anda berhadapan dengan kenyataan hidup yang terkadang tidak sesuai harapan.

Selamat Membaca!

-------
Info hubungi:
085742628035
Tlp/SMS/WA

Terima Kasih

Katak Ingin Jadi Lembu

dongeng anak sebelum tidur
Katak Ingin Jadi Lembu
Katak Ingin Jadi Lembu

30 Dongeng Pengantar Tidur Plus Pesan Moral yang Terkandung di Dalamnya

Oleh: Uswatun Khasanah, S.Pi
Penerbit: Zahida Pustaka
Tebal: x + 162 hlm.
ISBN: 978-602-17887-2-1
Cetakan Pertama, November 2013

Deskripsi

Dongeng sebelum tidur, meskipun sederhana ternyata mempunyai banyak manfaat untuk anak-anak. Beberapa di antara manfaatnya itu adalah:
¤ Merangsang imajinasi dan kreativitas
¤ Mengembangkan kecerdasan bahasa anak
¤ Mengembangkan ketrampilan berpikir
¤ Mengembangkan emosi
¤ Menanamkan nilai moral dan etika
¤ Mempererat ikatan emosional dengan orang tua
¤ Relaksasi/ hiburan

Nah, buku ini mempersembahkan kepada Anda sebanyak 30 kisah dongeng hewan (fabel) pengantar tidur yang bisa Anda sampaikan kepada putra/putri Anda.

Jika Anda ingin mengurai pesan moral yang ada di dalam kisah yang Anda bacakan, Anda bisa mendapatkannya pada bagian akhir setiap kisah, karena penulis telah menguraikannya dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Semoga kehadiran buku ini memberi manfaat kepada setiap pembaca, terutama dalam pembentukan karakter pribadi putra-putri kita.

Selamat Membaca!

-------
Info hubungi:
085742628035
Tlp/SMS/WA

Terima Kasih

Rahasia Kaya Para Ulama

amalan para ulama dahulu
Rahasia Kaya Para Ulama
Rahasia Kaya Para Ulama

Menyingkap Kedahsyatan 9 Amalan Sunnah & 30 Doa yang Membuat Rezeki Anda Mengalir Deras Tanpa Batas

Oleh: J. Rinaldi
Penerbit: Zahida Pustaka
Tebal: xv + 176 hlm.
ISBN: 978-602-17887-3-8
Cetakan Pertama, Maret 2014

Review

Siapa yang tak mau hidup kaya dan berkecukupan? Siapa yang tak mau rezekinya melimpah dan mengalir deras tanpa batas? Sepertinya tak seorang pun yang tak menginginkan keadaan rezeki yang demikian itu. Namun, tidak semua orang mendapatkan limpahan rezeki yang bighairi hisab (tanpa batas). Sebagian besar manusia hidup dalam kekurangan, bahkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari pun terasa sangat sulit. Lalu, apa yang harus kita lakukan agar Allah berkenan memberikan keluasan dan kelapangan rezeki pada kita?

Buku ini akan memberi jawaban atas pertanyaan itu. Buku ini berisi sembilan amalan sunnah dan tiga puluh doa yang bersumber dari al-Qur'an dan al-Hadits, yang telah diamalkan oleh Rasulullah Saw, para sahabat, dan para ulama dari generasi ke generasi hingga pada masa kita saat ini, dan telah dibuktikan oleh para pengamalnya mampu membuka pintu rezeki dari berbagai penjuru dan membuatnya mengalir deras dari segala arah atas izin Allah Swt.

Berbagai amalan sunnah dan doa-doa yang dipaparkan di dalam buku ini menjadi jalan bagi kita dalam menemui Allah dan memohon kedermawanan-Nya. Allah adalah Dzat yang menjadi Sumber rezeki, maka hanya kepada-Nya rezeki itu layak kita mohonkan. "Allah Maha Pemalu dan Maha Pemurah. Dia malu apabila seorang hamba mengangkat kedua tangan kepada-Nya tapi Dia mengembalikannya dalam keadaan kosong tak mendapat apa-apa", sabda Rasulullah Saw.

Maka, gerakkan tubuh Anda semaksimal yang mampu Anda lakukan untuk mencari rezeki yang ditebarkan Allah di permukaan bumi ini. Lalu, temui Dia lewat berbagai amalan sunnah dan doa yang ada di buku ini. Tundukkan diri And di hadapan-Nya, akui betapa lemahnya Anda, dan pasrahkan segala hasil dari usaha maksimal yang telah Anda lakukan itu pada-Nya, kemudian saksikan bagaimana Allah membukakan pintu rezeki yang begitu luas dan mengalir deras ke kehidupan Anda. Anda takkan pernah bisa membayangkan bagaimana semua itu bisa terjadi, tapi Allah Maha Kuasa membuat yang menurut Anda tak mungkin itu menjadi nyata.

Semoga Allah memberi kekayaan pada Anda dengan kekayaan yang membuat Anda menjadi lebih dekat pada-Nya.

Amiin...

Selamat Membaca!

-------
Info hubungi:
085742628035
Tlp/SMS/WA

Terima Kasih

Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif

mbah dahlan & mbah hasyim
KH. Hasyim Asy'ari & KH. Ahmad Dahlan
Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif KH. Ahmad Dahlan & KH. Hasyim Asy'ari

Teladan-Teladan Kemuliaan Hidup

Oleh: M. Sanusi
Penerbit: DIVA Press
Tebal: 306 hlm.
ISBN: 978-602-255-374-8
Cetakan Pertama, November 2013

Sinopsis

Siapa yang tak kenal sosok KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy'ari? Seluruh Nusantara mengenalnya. Keduanya adalah tokoh besar pendiri dua organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia, Muhammadiyyah dan Nahdlatul Ulama. Uniknya, kedua kiai panutan umat ini hidup sezaman, bahkan bersahabat. Namun, diantara keduanya memiliki sejarah dan keistimewaan hidup masing-masing.

Sejarah dan keistimewaan KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy'ari terungkap dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya, sejak kecil hingga menjelang wafatnya. Kebiasaan-kebiasaan inilah yang kemudian membentuk karakter dan ketokohan sang kiai.
Buku ini mengungkap secara lengkap perjalanan hidup dan kebiasaan-kebiasaan kedua kiai karismatik ini, yang tak akan Anda dapatkan dari buku lainnya.

¤ Mengungkap Kebiasaan-Kebiasaan Dua Tokoh Karismatik
¤ Mengungkap Kebiasaan Sehari-hari KH. Ahmad Dahlan
¤ Mengungkap Kebiasaan Sehari-hari KH. Hasyim Asy'ari
¤ Dll.

Jika Anda ingin seperti tokoh idola Anda, pelajari dan ikuti kebiasaan-kebiasaannya!

Selamat Membaca!

-------
Info hubungi:
085742628035
Tlp/SMS/WA

Terima Kasih

Didiklah Anakmu seperti Sayyidina Ali bin Abi Thalib

pendidikan anak
Didiklah Anakmu seperti
Sayyidina Ali bin Abi Thalib
Didiklah Anakmu Seperti Sayyidina Ali bin Abi Thalib

Oleh Yusuf A. Rahman
Penerbit: DIVA Press
Tebal: 183 hlm.
ISBN: 978-602-7968-37-0
Cetakan Pertama, Februari 2014

Sinopsis

Akan menjadi seperti apakah anak Anda kelak tergantung pada pola pendidikan yang Anda terapkan. Kesalahan penerapan pola pendidikan dapat mengakibatkan masalah di kemudian hari. Sebaliknya, pola penerapan pendidikan yang benar, sesuai dengan kebutuhan anak, bisa menghasilkan manusia yang unggul.

Untuk mendapatkan output yang unggul, tentu saja tidak semudah membalikkan kedua telapak tangan. Ada proses panjang yang harus Anda lakukan. Namun, jika Anda tidak memiliki kemampuan untuk melakukannya, Anda perlu membaca buku ini. Anda perlu belajar cara mendidik anak yang benar pada si genius "gerbang ilmu" Sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra., yang telah berhasil mendidik anak-anaknya menjadi manusia unggul, baik di mata manusia maupun di mata Tuhan.

Bagaimanakah Sayyidina Ali Ra. mendidik anak-anaknya, pola pendidikan seperti apa yang beliau terapkan, bagaimana cara yang baik ketika harus menghukum anak, cara terbaik memotivasi anak, semuanya dibahas dengan sangat baik di dalam buku ini.

¤ Cara terbaik mendidik anak ala Sayyidina Ali Ra.
¤ Tips membentuk kepribadian dan karakter anak ala Sayyidina Ali Ra.
¤ Cara terbaik untuk menghukum dan menghargai anak ala Sayyidina Ali Ra.
¤ Cara yang benar untuk memotivasi anak  ala Sayyidina Ali Ra.
¤ Waktu dan tempat yang tepat menasihati anak ala Sayyidina Ali Ra.
¤ Dll.

Jika Anda ingin mendapatkan hasil terbaik, belajarlah pada ahlinya.

Selamat Membaca!

-------
Info hubungi:
085742628035
Tlp/SMS/WA

Terima Kasih

Agar Barakah di Tempat Kerja

rahasia sukses bekerja
Agar Barakah di Tempat Kerja
Agar Barakah di Tempat Kerja

Rahasia agar Hasil Usaha Tak Jadi Sia-sia

Oleh: AMRIN RA'UF
Penerbit: SABIL/ Divapress
Tebal: 164 hlm.
ISBN: 978-602-191-159-4
Cetakan Pertama, Mei 2012

Tentang Isi Buku

Berapa banyak orang yang sekian lama bekerja dan telah mengumpulkan pundi-pundi harta, namun belum juga membuat mereka hidup tenteram dan bahagia?
Tentunya, ada yang salah dengan rezeki yang mereka dapatkan-rezeki mereka tidak barakah! Mungkin proses kerja merekalah yang menyebabkan rezeki mereka itu tidak barakah.

Buku ini mengajarkan kepada Anda tujuh kunci yang harus Anda miliki agar bisa mencapai kebarakahan di tempat Anda bekerja, meliputi disiplin dalam bekerja, bekerja keras, memiliki komitmen yang tinggi, bertanggung jawab, jujur, beretika, serta mampu mengemban amanah dengan baik. Semuanya dibahas dengan sangat gamblang.

Apa gunanya Anda memiliki harta berlimpah, bila di kemudian hari kekayaan itu justru akan mencelakakan Anda?

Maka, ambil buku ini segera dan praktikkan tujuh kunci yang dikupas di dalamnya. Niscaya kebarakahan akan Anda dapatkan!
- Penulis -

Selamat Membaca!

-------
Info hubungi:
085742628035
Tlp/SMS/WA

Terima Kasih

Sejarah Yang Terpendam

kisah Nabi SAW yang jarang diketahui
Sejarah yang Terpendam
Kisah Nabi Muhammad Saw.
Sejarah Yang Terpendam

Kisah Nabi Saw. Yang Jarang Diketahui
Dilengkapi 85 Foto & Gambar Eksklusif

Oleh: Drs. Muhsin Al-Jufri
Penerbit: Putera Bumi
Tebal: xiv + 234 hlm.
Cetakan ke-2, Dzulqa'dah 1435 H/ September 2014 M

Sekilas Tentang Buku Ini

Seorang pencinta pasti akan mencari tahu mengenai kekasihnya sebanyak dan sedetail mungkin. Istri, anak, cucu, keluarga, makanan, minuman, pakaian, warna kesukaannya, apa yang disenangi, dan lain-lain.
Yang menjadi pertanyaan, sudahkah kita mengenal Nabi SAW, sebagai seorang pencinta? Adakah anak tiri Nabi dari Khadijah
Dari istri lain? Kapan Nabi menikah dengan mereka? Begitu juga dengan pertanyaan mengenai keluarga Nabi, seperti; siapa nenek Beliau? Siapa saja saudara susu dan cucunya?

Buku sejarah Nabi banyak. Riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi makan dengan tangan juga sering kita dengar. Tetapi tahukah anda, bahwa Beliau SAW makan dengan gandum kualitas terendah? Kita tahu, bahwa Nabi SAW terlahir sebagai yatim. Tetapi kita perlu membayangkan, bagaimana kepiluan Beliau. Si yatim yang diajak ibunya menziarahi pusara ayahnya, kembali sebagai yatim piatu.

Buku sejarah Nabi, menjabarkan mengenai Nabi untuk diketahui. Sedang buku ini, menyampaikan intisari sejarah Nabi, agar pembaca mengetahui, merindukan, dan mencintai Beliau SAW.
Karena itu juga paparan yang disampaikan singkat, padat, dan runtut, agar tergambar tentang banyak hal. Ternyata, pada tiga tahun pertama jumlah pemeluk Islam hanya sekitar 50 orang. Dakwah Nabi, pada dasarnya hanya efektif dalam 16 tahun. Beliau menikah banyak dalam 7 tahun terakhir , dan lain-lain.

Dan untuk melambungkan khayalan serta menambah kerinduan kepada Beliau SAW, kami cantumkan juga berbagai foto dan denah yang berhubungan dengan apa yang diuraikan.
Bagi yang ingin mencintai Nabi SAW, buku ini bukan hanya perlu dibaca, tetapi juga dihafal sebagian isinya. Karena inilah salah satu bukti cinta. Dan dengan tumbuh rasa cinta, pada akhirnya akan bermuara dengan mengikuti akhlak dan sunnah-sunnahnya. Itulah pencinta sejati. Dan itu pulalah tujuan akhir kami.

Selamat Membaca!

-------
Info hubungi:
085742628035
Tlp/SMS/WA

Terima Kasih

Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari

Pendiri NU
KH. Hasyim Asy'ari, Pendiri NU
Ketika Pangeran Diponegoro ditangkap dan dilucuti oleh tentara Belanda, para prajuritnya yang dahulu bermarkas di Goa Selarong melarikan diri dan tersebar di berbagai kawasan pulau Jawa. Ada yang ke Semarang, seperti Kiai Umar yang menurunkan Kiai Sholeh Darat. Ada yang ke Rembang, seperti Mbah Saman bin Yaman (asal Madura) yang memperjuangkan Islam di daerah Sarang, Rembang. Ada yang ke daerah Yogyakarta seperti Kiai Hasan Besari yang menurunkan Kiai Munawwir Krapyak. Ada yang ke Jombang seperti Mbah Shihah atau Kiai Abdussalam (Lasem, Rembang) yang menurunkan KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Hasbbullah. Kedua ulama yang terakhir ini, nantinya yang akan menjadi tokoh utama dalam berdirinya Jam’iyyah Nahdlatul Ulama, sebuah organisasi keislaman terbesar di  Indonesia

Garis Keturunan

Secara genealogis, KH. Hasyim Asy’ari merupakan keturunan ulama yang berjasa dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia, terlebih pulau Jawa. Ayahnya, Kiai Asy’ari masih keturunan Raden Ainul Yaqin atau Sunan Giri. Sedangkan ibunya masih mempunyai hubungan darah dengan Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya, Raja Pajang pertama. Sehingga, dari kedua nasab ini, bias diambil kesimpulan bahwa KH. Hasyim Asy’ari masih mempunyai jalur keturunan yang bersambung dengan Rosulullah SAW.

Sebelum KH. Hasyim Asy’ari lahir, tanda-tanda yang menunjukkan kelak dirinya akan menjadi orang besar dan berpengaruh telah dirasakan oleh ibunya saat mengandung. Nyai Halimah (Ibu KH. Hasyim Asy’ari) bermimpi melihat rembulan yang jatuh dari langit dan mengenai kandungannya. Mimpi ini ditafsirkan, kelak bayinya akan menjadi orang yang berpengaruh.
KH. Hasyim Asy’ari lahir pada hari Selasa Kliwon tanggal 24 Dzulqo’dah 1287 H / 14 Februari 1871 M di Desa Gedang, Jombang dari pasangan Kiai Asy’ari dan Nyai Halimah. Nama kecilnya adalah Muhammad Hasyim yang kemudian kelak dikenal dengan KH. Hasyim Asy’ari atau Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari.

Riwayat Pendidikan

KH. Hasyim Asy’ari pertama kali memperoleh pendidikan ilmu agama dari kedua orang tua dan kakeknya. Ayah dan kakeknya ini merupakan seorang ulama yang menjadi pengasuh pesantren. Ayahnya, Kiai Asy’ari mengasuh Pesantren Keras, sedangkan kakeknya, Kiai Utsman mengasuh Pesantren Gedang. Dari lingkungan yang ala pesantren inilah pelajaran Islam mudah tertanam pada diri KH. Hasyim Asy’ari dengan baik.

Sejak kecil, KH. Hasyim Asy’ari sudah menonjol dengan kecerdasannya. Ketika berumur 13 tahun, beliau sudah pernah disuruh untuk membadali (mengganti) ayahnya dalam mengajar saat ayahnya berhalangan. Meskipun usia penggajar lebih muda dari pada pihak yang diajar, namun hal semacam ini bukanlah perkara yang tabu dalam dunia pesantren karena barometer yang dikenal dalam kamus pesantren adalah kualitas keilmuan, bukan usia.

Menginjak usia ke-15, KH. Hasyim Asy’ari melanjutkan studinya ke beberapa pesantren yang tersebar di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di Jawa Timur, KH. Hasyim Asy’ari belajar di Pesantren Wonokoyo Probolinggo, Pesantren Langitan Tuban, Pesantren Kademangan (asuhan Syaikhona Kholil Bangkalan) dan Pesantren Siwalan Panji Sidoarjo (asuhan Kiai Ya’kub). Sedangkan di Jawa Tengah, KH. Hasyim Asy’ari pernah nyantri di Pesantren Kiai Sholeh Darat Semarang bersama dengan Muhammad Darwis (Ahmad Dahlan) yang kelak mendirikan organisasi Muhammadiyah. Selain itu, beliau juga pernah mengaji kepada Kiai Syu’aib bin Abdurrozak (buyut KH. Maimun Zubair) di Pesantren Sarang Rembang. (Gus Bahak ; 2002).

Kiai Syu’aib ini dikenal sebagai ulama sufi yang mempunyai banyak karomah. Di waktu itu, Kiai Syu’aib sering dijadikan tempat berlabuh dan bertabarruk untuk mencari ilmu bagi para santri salaf. Biasanya mereka mengaji dengan Kiai Syu’aib ketika di bulan Ramadhan. Istilah belajar di bulan Ramadhan di suatu pesantren tertentu sering di sebut dengan “Ngaji Posonan

Saat menjadi santri, KH. Hasyim Asy’ari selalu menjunjung tinggi dan menghormati ahlul-‘ilmi wa ahlihi (kiai dan keluarganya). Sebab, menghormati ulama dan keluarganya termasuk syarat agar ilmu seseorang bermanfaat dan berkah. Sikap ini tampak ketika cincin Ibu Nyai Asik, istri Syaikhona Kholil Bangkalan terjatuh ke dalam tempat yang penuh dengan tinja (kotoran manusia). Saat santri-santri lainnya di kala itu enggan mengambilkan cincin tersebut karena takut dan merasa jijik dengan kotoran tersebut, KH. Hasyim Asy’ari tidak menghiraukannya. Tanpa berfikir panjang, beliau mengambil dan membersihkannya, kemudian memberikannya kepada Nyai Kholil sehingga istri gurunya tersebut merasa bahagia dan kagum dengan sikap yang di miliki oleh beliau.

Dari budi pekerti mulia yang terukir di dalam jiwa KH. Hasyim Asy’ari disertai dengan keilmuan yang mumpuni, hal ini membuat salah satu  guru beliau menjadi tertarik dengannya dan ingin menjadikannya sebagai seorang menantu. Kiai Ya’qub, pengasuh Pesantren Siwalan Panji ingin menikahkan KH. Hasyim Asy’ari dengan putrinya yang bernama Khadijah. Dengan penuh ketaatan, KH. Hasyim Asy’ari menerima dawuh (titah) Kiai Ya’qub.

Pernikahan bagi KH. Hasyim Asy’ari tidaklah menyurutkan niatnya untuk melanjutkan menuntut ilmu. Atas saran mertuanya, KH. Hasyim Asy’ari dan istrinya berencana menunaikan ibadah haji ke tanah suci sembari belajar di sana kepada ulama-ulama Haramain (Mekkah dan Madinah). Biaya keberangkatan KH. Hasyim Asy’ari dan istrinya ini ditanggung oleh mertuanya.

Selama di Haramain, KH. Hasyim Asy’ari mendapat ujian berat dari Allah SWT. Istri tercintanya meninggal dunia di tanah suci Makkah setelah melahirkan anak pertamanya yang bernama Abdullah. Selang sekitar 40 hari kemudian, Abdullah menyusul ibunya. Kebersamaan KH. Hasyim Asy’ari dengan istrinya selama di Makkah berlangsung kurang lebih selama tujuh bulan dan beliau pulang ke tanah air setelah itu.

Merasa merasa haus dengan keilmuan, dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1893, KH. Hasyim Asy’ari bersama dengan adiknya yang bernama Anis berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan menuntut ilmu guna mematangkan pendalaman ilmu agamanya di tanah suci. Pada kepergian kedua ini, KH. Hasyim Asy’ari juga diuji Allah SWT dengan ujian yang hamper sama dengan keberangkatan sebelumnya, adik kandung yang menyertainya bernasib sama dengan istrinya dan meninggal dunia di sana.

Meskipun ditinggal wafat oleh adiknya, KH. Hasyim Asy’ari untuk kali ini bertekad ingin lebih lama belajar di Mekkah dibanding kesempatan sebelumnya disaat istrinya meninggal. Beliau bermukim di Mekkah untuk menuntut ilmu sekitar tujuh tahun, bahkan ada yang mengatakan lebih.
Selama di Mekkah, KH. Hasyim Asy’ari mempelajari berbagai macam cabang ilmu agama kepada beberapa ulama yang bermukim di Mekkah. Beliau belajar kepada Syaikh Mahfudz at-Turmusi (ulama asal Termas, Pacitan, Lamongan Jawa Timur), Syaikh Amin al-Atthar, Sayyid Sulthan bin Hasyim, Sayyid Ahmad bin Hasan al-Atthar, Syaikh Sayyid Yamani, Sayyid Alawi bin Ahmad as-Segaf, Sayyid Abbas al-Maliki, Sayyid Abdullah az-Zawawi, Syaikh Sholeh Bafadhol, Syaikh Sulthan Hasyim Dagastani  dan Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi (ulama asal Minagkabau, Sumatera Barat) dan lain-lain.

Dari sekian banyak cabang ilmu yang dipelajari oleh KH. Hasyim Asy’ari, ilmu hadits-lah yang paling menonjol dalam dirinya. Sehingga, kelak Pesantren Tebuireng yang diasuhnya lebih terkenal dengan kajian hadits karena karakter pengasuhnya yang ahli hadits. Mengenai ketertarikannya dengan ilmu hadits ini, KH. Hasyim Asy’ari pernah menulis alasannya di sebuah kertas yang terselip di kitab yang ada di perpustakaan pribadinya.

KH. Hasyim Asy’ari mempelajari Hadits Bukhori dan Muslim dari  Syaikh Mahfudz at-Turmusi, seorang pakar Hadits asal Indonesia yang bermukim di Mekkah. Syaikh Mahfudz at-Turmusi ini merupakan generasi terakhir dari 23 generasi yang mendapatkan ijazah langsung dari Imam Bukhori. Dari Syaikh Mahfudz at-Turmusi inilah, beliau kemudian memperoleh ijazah kitab Shohih Bukhori.
Selain mendalami ilmu agama, KH. Hasyim Asy’ari juga sering napak tilas (tabarukan) ke berbagai tempat bersejarah yang pernah didiami oleh Rosulullah SAW. Beliau sering berkhalwat di Goa Hiro, tempat Rosulullah SAW menerima wahyu pertama. Beliau juga sering berziarah ke makam Rosulullah SAW.

Menjelang kembali ke tanah air, KH. Hasyim Asy’ari dan beberapa orang temannya yang berasal dari berbagai negara beikrar disisi Ka’bah untuk bersungguh-sungguh dalam memperjuangkan agama Allah SWT. Kisah ini sebagaimana yang pernah dituturkan oleh Gus Ishom, salah satu cucu beliau, dalam salah satu tulisannya.

Mempelajari Ilmu Tarekat

Selain mempelajari ilmu syari’at, KH. Hasyim Asy’ari juga mempelajari ilmu tarekat. Bahkan, beliau pernah mendapatkan ijazah sanad tarekat Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah dari gurunya, Syaikh Mahfudz at-Turmusi. Syaikh Mahfudz at-Turmusi ini, mendapatkan ijazah sanad tarekat Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah dari Syaikh Nawawi bin Umar al-Jawi al-Bantani (ulama asal Banten) dan Syaikh Nawawi memperoleh silsilah sanad dari Syaikh Ahmad Khatib Sambas al-Makki (ulama asal Sambas, Kalimantan Barat). Nama yang terakhir inilah yang telah menggabungkan dua tarekat ini, yakni tarekat Qodiriyyah dan Naqsyabandiyyah menjadi satu, sehingga dikenal menjadi Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah.

Meskipun KH. Hasyim Asy’ari pernah mempelajari ilmu tarekat, namun beliau tidak mengizinkan para santrinya yang masih dalam tahap mempelajari ilmu syari’at untuk mengamalkan ilmu tarekat. Hal ini mungkin disebabkan karena beliau tidak suka jika aktifitas belajar santri-santrinya terganggu dengan alas an mengamalkan tarekat. Beda halnya jika ada santrinya yang sudah dianggap matang ilmu syari’atnya, niscaya tidak akan membuat beliau keberatan untuk memberikan izin kepadanya. Tercatat, ada dua murid KH. Hasyim Asy’ari yang menjadi mursyid tarekat, yaitu Kiai Adlan Ali dan Kiai Musta’in Romli.

Dalam menanggapi masalah tarekat, pada tahun 1947, KH. Hasyim Asy’ari pernah menghadiri Muktamar Tarekat Muktabaroh pertama di Madiun. Beliau tidak memberi penjelasan ketidak ikut sertaannya dalam kelompok tarekat tertentu. Meskipun demikian, KH. Hasyim Asy’ari tidak melarang orang lain jika ingin masuk ke dalam sebuah tarekat.

Membina Rumah Tangga

Selama hidupnya, KH. Hasyim Asy’ari pernah menikah lebih dari sekali. Hal ini menunjukkan kedekatan beliau dengan para kiai karena istri-istri beliau merupakan keturunan seorang ulama atau berdarah biru. Di antara istri-istri KH. Hasyim Asy’ari adalah Nyai Khadijah binti Kiai Ya’qub dari Pesantren Siwalan Panji Sidoarjo, Nyai Nafisah binti Kiai Romli dari Pesantren Kemuning, Nyai Nafiqoh binti Kiai Ilyas dari Pesantren Sewulan Madiun, Nyai Masruroh binti Kiai Hasan dari Pesantren Kapurejo Pagu Kediri, dan Nyai Amini binti yang merupakan janda Ma’shum yang tidak lain adalah adik dari beliau sendiri.

Dari pernikahannya ini, KH. Hasyim Asy’ari dikaruniai 14 orang anak. Mereka adalah Andullah, Hannah, Khoiriyyah, Aisyah, Azzah, Abdul Wahid (KH. Wahid Hasyim), Abdul Hafidz (KH. Abdul Choliq Hasyim), Abdul Karim (Akarhanaf), Ubaidillah, Masruroh, M. Yusuf (KH. Yusuf Hasyim / Pak Ud), Abdul Qodir, Khodijah (ibu Gus Ishom Hadziq), dan M. Ya’qub.
KH. Hasyim Asy’ari juga mempunyai lima orang anak tiri. Empat orang dari Nyai Amini, yaitu Syarofah, Ali, Nafisah dan Ulyatun. Sedangkan yang satu dari Nyai Masruroh  yang merupakan janda dari Syaikh Ihsan al-Jampes Kediri, pengarang kitab Sirojut-Tholibin, syarah dari Minhajul-Abidin karya Imam al-Ghozali.

Pesantren Tebuireng

Setelah dirasa cukup menimba ilmu di Makkah, KH. Hasyim Asy’ari kembali ke tanah air untuk mengamalkan dan menyebarkan ilmunya. Kepulangannya ini disambut gembira oleh Kiai Asy’ari yang mengharapkan nantinya KH. Hasyim Asy’ari akan menjadi penggantinya untuk mengajar di Pesantren Keras. Akan tetapi, KH. Hasyim Asy’ari ingin meluaskan cakrawala keilmuannya. Sebab, bangsa ini masih banyak membutuhkan bimbingan moral. Kalau beliau hanya mengajar di Pesantren Keras atau Gedang saja, niscaya cita-citanya untuk memperluas penyebaran agama Islam kurang begitu luas. Dengan penuh kemantapan, KH. Hasyim Asy’ari bertekad ingin mendirikan pesantren terpisah dari pesantren milik ayah dan kakeknya. Niat KH. Hasyim Asy’ari ini mendapat dukungan dari keluarga, terlebih ayahnya.

Daerah yang menjadi incaran KH. Hasyim Asy’ari bukanlah kawasan yang penduduknya bermoral baik. Beliau lebih suka memilih daerah abangan untuk ‘diputihkan’ dengan syari’at Islam. Akhirnya, pilihan beliau jatuh pada Tebuireng, Jombang yang berdekatan dengan Pabrik Gula Cukir serta dekat dengan rel kereta api.

Daerah Tebuireng ini mulanya penuh dengan gundik, preman dan tukang dadu (judi) serta pernak-perniknya yang selalu gemar melakukan perbuatan maksiat. Hal ini disebabkan karena kedekatannya dengan pabrik gula milik Belanda yang turut meningkatkan perekonomian daerah setempat. Namun, kemajuan itu tentunya bagi orang-orang yang mau bekerja sama dengan penjajah Belanda. Sedangkan warga pribumi yang tidak mau bekerja sama dengan Belanda, maka perekonomiannya akan ditindas. Banyak lahan yang disewa paksa oleh Belanda dengan upah yang tidak sesuai. Selain itu, moralitas penduduk dicekoki Belanda dengan hiburan-hiburan yang dapat merusak akhlak sehingga kemaksiatan semakin merajalela dimana-mana.

Pada tahun 1317 H / 1899 M, Pesantren Tebuireng didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari dengan dibekali santri sebanyak delapan orang yang diperintah oleh Kiai Asy’ari untuk menyertai putranya. Lambat laun, santri yang asalnya delapan orang ini cepat berkembang pesat hingga mencapai ratusan orang bahkan sampai ribuan. Semua ini tidak lepas dari sosok KH. Hasyim Asy’ari yang mempunyai kepribadian yang luhur dan keilmuan yang tinggi dalam hal agama Islam.

Ketika dipimpin oleh KH. Hasyim Asy’ari, Pesantren Tebuireng menjadi pesantren yang terkenal di pulau Jawa sehingga banyak santri-santri yang berdatangan dari berbagai daerah. Kebanyakan dari mereka kelak akan menjadi ulama besar yang berpengaruh dan mengibarkan bendera Nahdlatul Ulama yang nantinya didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari dan para kiai pesantren lainnya. Dari banyaknya santri, Jepang pernah mendata alumni Pesantren Tebuireng di waktu itu sudah mencapai 25.000 orang dan rata-rata menjadi ulama besar. Di antaranya adalah KH. Wahab Hasbullah Tambak Beras, Jombang (Rois ‘Am PBNU pengganti KH. Hasyim Asy’ari), KH. Bisri Syansuri Denanyar, Jombang (Rois ‘Am PBNU pengganti KH. Wahab Hasbullah), KH. Abdul Karim (pendiri Pesantren Lirboyo), KH. Ahmad Shiddiq (Rois ‘Am PBNU pengganti KH. Ali Maksum Krapyak Jogja), dan KH. Ahmad Djazuli Utsman (pendiri PP. Al-Falah Ploso Kediri).

Murid-murid KH. Hasyim Asy’ari kebanyakan adalah para santri yang sudah pernah mondok di suatu pesantren terlebih dahulu. Kedatangan mereka di Pesantren Tebuireng didorong oleh keinginan kuat dalam mematangkan keilmuan di bidang agama agar lebih mendalam. Bahkan, ada salah satu santrinya yang bernama KH. Ahmad bin Syu’aib (kakek KH. Maimoen Zubair) sudah pernah mondok di Mekkah, namun karena masih haus dengan ilmu agama, akhirnya ia belajar lagi kepada KH. Hasyim Asy’ari di Pesantren Tebuireng. Kepada KH. Ahmad bin Syu’aib, KH. Hasyim Asy’ari pernah memberikan beberapa kitab yang sudah ada sah-sahannya (ada makna dan keterangannya) yang dicatat beliau ketika masih belajar kepada Syaikh Mahhfudz at-Turmusi.

Dalam mendidik para santri, KH. Hasyim Asy’ari menggunakan metode ala Pesantren Salaf dengan memakai standar kitab-kitab yang berliteratur Arab. Metode sorogan, bandongan, wetonan dan musyawarah diterapkan KH. Hasyim Asy’ari kepada para santrinya. KH. Hasyim Asy’ari sangat teguh memegang tradisi salaf, namun beliau juga tidak menolak hal-hal yang baru asalkan tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Hal ini terbukti beliau juga mempunyai koleksi karya Muhammad Abduh yang merupakan salah satu ulama pembaharu Islam yang pemikirannya banyak berseberangan dengan ajaran Ahlusunah wal Jamaah ala Nahdlatul Ulama.

Di Pesantrennyaa, KH. Hasyim Asy’ari lebih menekankan pelajaran kitab-kitab salaf, baik kitab matan maupun syarahnya, seperti kitab matan Taqrib, Fathul Qorib al-Mujib dan Kitab Fathul Mu’in. Untuk kitab Taqrib atau kitab Fathul Qorib al-Mujib, KH. Hasyim Asy’ari selalu mengulang-ulang jika sudah dikhatamkan. Tradisi seperti ini banyak diikuti oleh santri-santrinya, salah satunya adalah Kiai Ahmad bin Syu’aib yang menjadi pengasuh Pesantren Sarang Rembang.

Selain menggunakan metode salaf, KH. Hasyim Asy’ari juga menggunakan manhaj kekinian seperti memasukkan metode klasikal yang berasal dari usul menantunya, KH. Ma’shum Ali. Sehingga berdirilah Madrasah Salafiyah yang terdiri dari enam kelas. Selain Madrasah Salafiyah, di Pesantren Tebuireng juga ada Madrasah Nidzamiyah yang diusulkan oleh KH. Wahid Hasyim. Madrasah Nidzamiyah ini selain mengajarkan pelajaran agama Islam, juga mengajarkan pelajaran umum seperti bahasa Belanda, Geografi dan Ilmu Menghitung. Namun, Madrasah Nidzamiyah ini tidak berumur panjang karena KH. Hasyim Asy’ari kurang begitu berkenan. Akhhirnya, murid-murid yang ada di Madrasah Nidzamiyah digabungkan ke dalam Madrasah Salafiyah.

Bersambung ke bagian 2.

Dikutip dari buku The Founding Father's Of Nahdlatoel Oelama'





The Founding Father's of Nahdlatoel Oelama

nahdlatul ulama, sejarah nu
The Founding Fathers of
Nahdlatoel Oelama
The Founding Father's of Nahdlatoel Oelama'

Rekaman Biografi 23 Tokoh Pendiri NU

Oleh: Amirul Ulum, dkk
Sambutan: KH. Maimun Zubair
Pengantar: Prof.Dr.M. Abdul Karim, M.A.
Penerbit: Bina Aswaja
Tebal: xxviii + 278 hlm.
ISBN: 978-602-70139-2-6
Cetakan Pertama
Dzul Qa'dah, 1435 H/ September 2014 M

Sekilas Tentang Buku Ini

Ditulisnya buku The Founding Father's of Nahdlatoel Oelama': Rekaman Biografi 23 Tokoh Pendiri NU ini bertujuan untuk mengungkap sejarah tokoh-tokoh yang mendirikan Nahdlatul Ulama yang jarang diketahui oleh masyarakat khususnya warga Nahdliyin.
Di buku ini, tim penulis berusaha menyajikan peran pokok beberapa tokoh terhadap berdirinya Nahdlatul Ulama. Misalnya, Syaikhona Kholil sebagai penentu berdirinya Nahdlatul Ulama, Kiai Hasyim Asy'ari sebagai Rois Akbar Nahdlatul Ulama, Kiai Wahab Hasbullah sebagai konseptor lahirnya Nahdlatul Ulama, Kiai Raden Asnawi sebagai argumentator Nahdlatul Ulama, Kiai As'ad sebagai mediator lahirnya Nahdlatul Ulama, Kiai Raden Hambali sebagai arsitek Prasasti lahirnya Nahdlatul Ulama, Kiai Ridwan Abdullah sebagai desainer lambang Nahdlatul Ulama, Kiai Mas Alwi Abdul Aziz sebagai pengusul nama Nahdlatul Ulama serta para Ulama lainnya yang masing-masing mempunyai andil besar dalam lahirnya Jam'iyyah Nahdlatul Ulama ini.

"...Pengangkatan Kiai Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar Nahdlatul Ulama dan Kiai Faqih Mas Kumambang sebagai Wakilnya serta disusunnya Pengurus HBNO pada 31 Januari 1926 M ini, maka tanggal 31 Januari 1926 ditetapkan sebagai tonggak berdirinya Nahdlatul Ulama..."
- KH. Maimun Zubair -
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

"...Agar suara kelompok Islam Tradisionalis tetap sampai ke Raja Abdul Aziz, Kiai Wahab Hasbullah mendirikan komite Hijaz (1925) atas restu Kiai Hasyim Asy'ari. Keanggotaan Komite Hijaz ini terlepas dari campur tangan kelompok Islam Modernis. Dari Komite Hijaz ini kemudian berdirilah organisasi Nahdlatul Ulama pada 16 Rajab 1344 H/ 31 Januari 1926 M. Dengan berdirinya organisasi Nahdlatul Ulama ini, maka kelompok Islam Tradisionalis yang tergabung dari para kiai pesantren dan santri-santrinya menjadi lebih leluasa untuk menyuarakan ajaran Ahlusunah wal Jamaah tanpa harus diharu biru oleh kelompok Islam Modernis..."
- Prof.Dr. Abdul Karim -
Guru Besar Sejarah Islam UIN Sunan Kalijaga

"...Dengan lahirnya Nahdlatul Ulama, maka akan menjadi sebuah media tersendiri bagi kalangan Islam Tradisionalis untuk menyebarkan ajaran Ahlusunnah wal Jamaah dengan mengikuti salah satu madzhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali). Selain sebagai jam'iyah sosial keagamaan, Nahdlatul Ulama mempunyai visi misi ingin melepaskan Indonesia dari belenggu penjajah. Kiai Wahab Hasbullah pernah berkata kepada Kiai Abdul Halim saat merumuskan Komite Hijaz: "Tentu syarat tujuan nomor satu untuk menuntut kemerdekaan. Ummat Islam menuju ke jalan itu. Ummat Islam tidak leluasa sebelum negara kita merdeka..."
- Editor -

Itu tadi gambaran sekilas tentang isi buku The Founding of Nahdlatoel Oelama' ini.

Selamat Membaca!

-------
Info hubungi:
085742628035
Tlp/SMS/WA

Terima Kasih